BUDAYA INDONESIA

SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI9...TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANYA ......SALAM SMANSAKA : HEBAT ,CERDAS ,BERSAHABAT

BUKU OSN


BUKU MATERI OSN KEBUMIAN
Selamat Datang di Dunia OSN
CALON PESERTA "  INTERNATIONAL EARTH SCIENCE OLYMPIAD
"(IESO) "
BIDANG ILMU KEBUMIAN

TEKNOLOGI LIDAR  
 LIDAR (Light Detection and Ranging) adalah sebuah teknologi peraba jarak jauh optik yang mengukur properti cahaya yang tersebar untuk menemukan jarak dan/atau informasi lain dari target yang jauh. Metode untuk menentukan jarak menuju obyek atau permukaan adalah dengan menggunakan pulsa laser. Seperti teknologi radar, yang menggunakan gelombang radio daripada cahaya, jarak menuju obyek ditentukan dengan mengukur selang waktu antara transmisi pulsa dan deteksi sinyal yang dipancarkan. Teknologi LIDAR memiliki aplikasi dalam bidang arkeologi, geografi, geologi, geomorfologi, seismologi, peraba jarak jauh dan fisik atmosfer[1]. Sebutan lain untuk LIDAR adalah ALSM (Airborne Laser Swath Mapping) dan altimetri laser. Akronim LADAR (Laser Detection and Ranging) sering digunakan dalam konteks militer. Sebutan radar laser juga digunakan tapi tidak berhubungan karena menggunakan cahaya laser dan bukan gelombang radio yang merupakan dasar dari radar konvensional.

Sifat-Sifat Fisik Mineral

Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan  penyusun atom-atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu (Graha,1987)
Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:
  1. Kilap (luster)
  2. Warna (colour)
  3. Kekerasan (hardness)
  4. Cerat (streak)
  5. Belahan (cleavage)
  6. Pecahan (fracture)
  7. Bentuk (form)
  8. Berat Jenis (specific gravity)
  9. Sifat Dalam
  10. Kemagnetan
  11. Kelistrikan
  12. Daya Lebur Mineral
Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi  jenis:
a.    Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
  • Gelena
  • Pirit
  • Magnetit
  • Kalkopirit
  • Grafit
  • Hematit
b.    Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
  • Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
  • Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
  • Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
  • Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada spharelit.
  • Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.
  • Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).
Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:
  • Putih                 :  Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
  • Kuning              : Belerang (S)
  • Emas                 : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
  • Hijau                 :  Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
  • Biru                    :  Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
  • Merah                : Jasper, Hematit (Fe2O3)
  • Coklat                : Garnet, Limonite (Fe2O3)
  • Abu-abu           : Galena (PbS)
  • Hitam                : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit
Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .

Skala Kekerasan Mohs
kala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

Tekstur

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
A. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
B. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
1. Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:
- Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
- Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
C. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
- Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
- Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
- Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
- Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
- Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
- Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
D. Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
- Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
- Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
- Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

Struktur

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:
• Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
• Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
• Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
• Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
• Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
• Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
• Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
• Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).

Komposisi Mineral

Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
• Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.
Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi:
• Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
• Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
• Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.
Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit.
• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah dasit.
• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah andesit.
• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
• Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
• Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
• Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut:
• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
• Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Jenis-jenis batuan beku dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Batuan beku dalam,contohnya : Batu granit. 2. Batuan beku gang/ tengah,contohnya : Granit porfir 3. Batuan beku luar,contohnya : Batu andesit

  KoMPOSISI  MINERAl

Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
• Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.
Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi:
• Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
• Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
• Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.
Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit.
• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah dasit.
• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah andesit.
• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
• Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
• Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
• Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut:
• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
• Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Jenis-jenis batuan beku dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Batuan beku dalam,contohnya : Batu granit. 2. Batuan beku gang/ tengah,contohnya : Granit porfir 3. Batuan beku luar,contohnya : Batu andesit

KLASIFIKASI BATUAN = OBSIDIAN
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
• Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
• Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
• Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

PETROLOGI
PETROLOGI BATUAN PIROKLASTIK
Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengantiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasaldari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu".
Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batulebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutoni
Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api(berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat klastiK
Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahankimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan,suhu, atau keduanya
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dananalisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologimodern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitankecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika daneksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi eksperimentalmenggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidikigeokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dansuhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki

11.   
12.  BATUAN PIROKLASTIK
Pengertian Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik atau pyroclastics (berasal dari bahasa Yunani πρ, yang
  berarti api; dan κλαστός, yang berarti rusak) adalah bebatuan clastic semata-mataatau terutama terdiri dari material vulkanik. Mana materi vulkanik telah diangkutdan ulang melalui tindakan mekanis, seperti oleh angin atau air, batu-batuan inidisebut volcaniclastic. Umumnya terkait dengan aktivitas gunung berapi ledakan -seperti Plinian atau letusan Krakatau gaya, atau letusanphreatomagmatic - piroklastik deposito yang umumnya terbentuk dari udara abu, dan bom lapilli atau blok yang dikeluarkan dari gunung berapi itu sendiri, dicampuR

dengan negarahancur batu.Batuan piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dariagglomerates terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu. Pyroclasts denganukuran yang berbeda diklasifikasikan sebagai bom vulkanik, lapilli dan abuvulkanik. Abu dianggap piroklastik karena debu halus terbuat dari batu vulkanik.Salah satu bentuk yang paling spektakuler adalah deposito piroklastik ignimbrites,deposito dibentuk oleh suhu tinggi gas dan abu campuran dari aliran piroklastik acara.Tiga jenis transportasi dapat dibedakan: aliran piroklastik, aliran piroklastik, dan piroklastik jatuh. Selama letusan Plinian, batu apung dan abuyang terbentuk ketika magma silicic terpecah dalam saluran vulkanik, karenadekompresi dan pertumbuhan gelembung. Pyroclasts kemudian entrained dalamletusan apung membanggakan yang dapat naik beberapa kilometer ke udara danmenyebabkan bahaya penerbangan. Partikel jatuh dari awan letusan bentuk lapisan di tanah (ini jatuh atau tephra piroklastik). Piroklastik kerapatan arus yangdisebut sebagai 'aliran' atau 'gelombang', tergantung pada konsentrasi partikel dantingkat turbulensi, kadang-kadang disebut bercahaya longsoran. Deposit batuapung yang kaya aliran piroklastik dapat disebut ignimbrites.




13.  PETROLOGI BATUAN PIROPLASTIK

Sebuah letusan piroklastik mensyaratkan meludah atau "fountaining" lava, dimana lava akan dilemparkan ke udara bersama abu, bahan piroklastik, danvulkanik produk sampingan lainnya. Hawaii letusan seperti di Kilauea dapatmengeluarkan gumpalan magma ditangguhkan menjadi gas; ini disebut 'api air mancur'. Pembekuan magma, jika cukup panas mungkin menyatu atas arahanuntuk membentuk aliran lahar. Terdiri dari endapan piroklastik yang tidak  pyroclasts disemen bersama-sama. Batuan piroklastik (tuff) adalah deposito piroklastik yang telah lithified
Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api(berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifatklastik. Menurut william (1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan denganletusan gunung api, dengan material asal yang berbeda, dimana material penyusuntersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi(“rewarking”) oleh air atau es
Pada kenyataannya, batuan hasil letusan gunung api dapat berupa suatu hasillelehan yang merupakan lava yang telah dibahas dan diklasifakasikan ke dalam batuan beku, serta dapat pula berupa produk ledakan atau eksplosif yang bersifatfragmental dari semua bentuk cair, gas atau padat yang dikeluarkan dengan jalanerupsi

Berdasarkan proses keterbentukan yang dialaminya, batuan piroklastik dibedakan menjadi enam tipe, antara lain
1.Tipe IBatuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat yangkering dengan medium udara saja, kemudian mengalami litifikasi membentuk  batuan fragmental. Jadi batuan piroklastik ini belum mengalami pengangkutan.
2.Tipe IIBahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik ke tempat pengendapannya di daratan yang kering dengan media gas yang dihasilkan
magma sendiri yang merupakan aliran abu yang merupakan onggokan aliranlitifikasi dan membentuk batuan fragmental.
3.Tipe IIIBahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada suatutubuh perairan (baik darat maupun laut) yang tenang arusnya sangat kecil.Onggokan tersebut belum tercampur dengan material lain dan tidak jugamengalami “re-warking”
4.Tipe IVBahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat eruosi yang jatuh pada suatutubuh perairan (baik darat maupun laut) yang arusnya aktiv (begerak). Sebelummengalami litifikasi mengalami ‘re-warking’ dan dapat bercampur dengan batuanlain yang dihasilkan akan mempunyai struktur sedimen biasa.
5.Tipe VBahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan kemudiandiangkut dan diendapkan di tempat lain (bisa laut, bisa cekungan di daratan)dengan media air. Hasilnya batuan sedimen dengan asal-usulbahan piroklastik, dengan struktur sedimen biasa
.6.Tipe VIBahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses litifikasi,kemudian diendapkan kembali ketempat yang lain. Batuan yang dihasilkan adalah batuan sedimen dengan propenan piroklastik (Epiklastik
Faktor-Faktor yang Diperhatikan Dalam Deskripsi BatuanPiroklastik a.Warna Batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya.
sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk  batuan yang mempunyai tekstur gelasan.

14.  Tekstur Batuan

Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan Fragmental.Pengamatan tekstur meliputi :1.
Glassy
Glassy adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebutialah glass.2.
Fragmental
Faragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuantersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.
c.
Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuanyang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan bekustruktur yang sering ditemukan adalah:
a.
Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubanggas b.Vesikular: dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur inidibagi lagi menjadi 3 yaitu:
Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupunlubang gas.c.Amigdaloidal: bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineralsekunder
KEBUMIAN 4



TENTANG SEDIMEN DAN BENTUK PASIR

Bongkah (boulder) adalah suatu massa batuan lepas yang agak membundar karena terabrasi selama terangkut dan memiliki diameter minimal 256 mm. Bongkah hasil pelapukan in situ disebut bongkah disintegrasi (boulder of disintegration) atau bongkah ekstrafolasi (boulder of extrafolation). Blok (block) adalah fragmen batuan yang berukuran sama dengan bongkah, namun menyudut dan tidak memperlihatkan jejak pengubahan oleh media pengangkut.

Kerakal (cobble) adalah suatu massa batuan lepas yang agak membundar karena terabrasi selama terangkut dan memiliki diameter 64–256 mm. Kerakal hasil pelapukan in situ disebut kerakal exfoliasi (cobble of exfoliation).

Kerikil (pebble) adalah suatu fragmen batuan yang lebih besar dari pasir kasar atau granul dan lebih kecil dari kerakal serta membundar atau agak membundar karena terabrasi oleh aksi air, angin, atau es. Jadi, diameter kerikil adalah 4–64 mm.

Akumulasi bongkah, kerakal, kerikil, atau kombinasi ketiganya dan tidak terkonsolidasi disebut gravel. Berdasarkan besar butir partikel dominannya, suatu gravel dapat disebut gravel bongkah (boulder gravel), gravel kerakal (cobble gravel), atau gravel kerikil (pebble gravel). Bentuk ekivalen dari gravel, namun sudah terkonsolidasi, disebut konglomerat (conglomerate). Seperti juga gravel, konglomerat dapat berupa konglomerat bongkah (boulder conglomerate), konglomerat kerakal (cobble conglomerate), atau konglomerat kerikil (pebble conglomerate). Rubble adalah akumulasi fragmen batuan yang lebih kasar dari pasir, menyudut, dan belum terkonsolidasi. Bentuk ekivalen dari rubble, namun telah terkonsolidasi, disebut breksi (breccia).

Istilah pasir (sand) digunakan untuk menamakan agregat partikel batuan yang berdiameter lebih dari 1/16–2 mm.

Wentworth (1922) mengusulkan istilah granul (granule) untuk menamakan material yang berukuran 2–4 mm.

Lanau (silt) adalah agregat partikel batuan yang berukuran 1/125–1/16 mm.

Lempung (clay) adalah agregat partikel batuan yang berukuran kurang dari 1/256 mm.


1.      Mineral penyusun batuan sedimen

1.      Kuarsa (SiO2)
Mineral kuarsa (SiO2) merupakan mineral utama penyusun batuan sedimen. Mineral ini yang paling sering dijumpai pada batuan sedimen siliklastik. Mineral ini menyususn sekitar 65% dari batu pasir dan sekitar 30% dari batulempung. Oleh karena kelimpahannya karakteristik mineral kuarsa dalam batuan sedimen seringkali dijadikan indicator untuk mengetahui batuan asal dari batuan sedimen. Bentuk butir mineral kuarsa terdiri dari Kristal tunggal dan Kristal banyak yang terdiri dari dua atau lebih unit Kristal yang berbeda orientasi optiknya. Butiran kuarsa monokristalin akan menampakkan karakteristik batuan asal ketika dilakukan pengujian secara detail. Sedangkan untuk kuarsa polikristalindikenal dua macam yaitu bentuk komposit dan semikomposit. Kuarsa komposit terdiri  dari dua atau lebih unit Kristal rata.
2.      Feldspar
Feldspar merupkan mineral kedua terbanyak sebagai penyusun batuan sedimen siliklastik. Mineral ini menyusun sekitar 10-15% dalam batupasir, dan sekitar 5% dalam batulempung. Dimana mineral feldspar terbagi menjadi dua yaitu:
-            Alkali feldspar merupakan kelompok mineral yang berkomposisi muli dari K(AlSi3O8), (K,Na)(alSi3O8). Mineral ini juga sering disebut potas feldspar karena mineral ini sangat umum dijumpai, yang terdiri mineral-mineral seperti
1.Ortoklas
2.Sanidin
3.Anortoklas
4.Mikrokline
5.Adularia
-      Plagioklas feldspar
       terdiri dari mineral-mineral yang berada pada daerah continous reaction series yaitu mineral – mineral seperti:
      1.Anortit
      2.Bitownit
      3.Labradorit
      4.Andesin
      5.Oligoklas
      6.Albit
3.      Mineral lempung
Mineral lempung menyusun sekitar 25-30% batuan sedimen tetapi pada batuan sedimen berbutir halus jumlahnya dapat mencapai 60%. Minerallempung termasuk dalam kelompok mineral polisilikat. Karena butirannya yang sangat halus mineral lempung hanya dapat diidentifikasi dengan menggunakan metode difraksi X-ray, SEM dan atau teknik nonoptik lainnya.

4.      Mineral tambahan
Mineral dalam batuan sedimen yang jumlahnya kurang dari 1%. Mineral yang umum sebagai mineral tambahan adalah mineral mika (muskovit dan biotit) dn kineral berat. Kelimpahan mineral mika yang berbutir kasar umumnya kurang dari 0,5%, meskipun pada beberapa batupasir kandungan mika dapat mencapai 2-3%.


2.      Klasifikasi zigg

Dimana klsafikasi ini membagi batuan sedimen berdasarkan bentuk kebundarannya yaitu sebagai berikut :
 Menyudut (angular) (0-0,15): sangat sedikit atau tidak ada jejak penghancuran; sudut dan sisi partikel tajam; sudut sekunder (tonjolan minor dari profil partikel; bukan sudut antar-muka partikel) banyak dan tajam.
  Menyudut tanggung (subangular) (0,15-0,25): sedikit jejak penghancuran; sudut dan tepi partikel hingga tingkat tertentu membundar; banyak terdapat sudut sekunder (10-20), meskipun tidak sebanyak seperti pada partikel menyudut.
  Membundar tanggung (subrounded) (0,25-0,40): jejak penghancuran cukup banyak; sudut dan sisi partikel membundar; jumlah sudut sekunder relatif sedikit (5-10) dan umumnya membundar. Luas permukaan partikel berkurang; sudut-dalam asli, meskipun membundar, masih terlihat jelas.
 Membundar (rounded) (0,40-0,60): Bidang-bidang asli hampir terhancurkan seluruhnya; bidang yang relatif datar masih dapat ditemukan. Sisi dan sudut asli menjadi melengkung dan membentuk kurva yang relatif besar; hanya sedikit ditemukan sudut sekunder (0-5). Pada kebundaran 0,60, semua sudut sekunder hilang. Bentuk asli masih terlihat.
  Sangat bundar (well rounded) (0,60-1,00): tidak ada permukaan, sudut, atau sisi asli; semuanya membentuk lengkungan-lekungan besar; tidak ada bagian yang datar; tidak ada sudut sekunder. Bentuk asli tidak terlihat lagi, amun dapat diperkirakan dari bentuknya yang sekarang.


3.      Struktur sedimen
Struktur sediment adalah bentukan struktur yang terbentuk saat pengendapan batuan sediment terjadi. Struktur pada sediment sangat beraneka ragam, hal ini akibat pengaruh ketika pembentukan yang terjadi misalnya gelombang sungai/laut, cuaca atau iklim, komposisi sediment, lingkungan pengendapan, dan pengaruh lainnya. Struktur sediment merupaka struktur yang sangat kompleks dan struktur tersebutlah kita dapat melakukan dugaan sementara tentang fenomena yang terjadi. Adapun jenis-jenis struktur sedimen adalah sebagai berikut :
1.      Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan (lithifikasi)
2.      Struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi
3.      Struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi
    Penjelasan:
1.      Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan (lithifikasi) Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan dapat terjadi di bagian atas lapisan, sebelum lapisan atau endapan yang lebih muda atau endapan baru di endapkan. Struktur sedimen ini merupakan hasil kikisan, ’scour marks’, ‘flutes’, ‘grooves’, ‘tool marking’ dan sebagainya. Struktur-struktur ini sangat penting untuk menentukan arah aliran atau arah sedimentasi.



2. Struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi Struktur yang terbentuk semasa proses pengendapan, antara lain adalah perlapisan mendatar (flat bedding), perlapisan silang-siur (cross bedding) aminasi sejajar (paralel lamination), dan laminasi ripple mark.
3. Struktur yang terbentuk setelah proses pengendapanStruktur ini terbentuk selepas sedimen terendap. Ini termasuk struktur beban, ‘pseudonodules’ dimana sebagian lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan lumpur di bawahnya, laminasi konvolut (convolute lamination) dan sebagainya. Hasil dari pergerakan mendatar sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam struktur selepas endapan.

Struktur Sedimen  berdasarkan Pettijohn, 1975 , dapat dikelompokkan menjadi tiga macam struktur, yaitu :

1. Struktur Sedimen Primer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses sedimentasi dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya seperti perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, dan lain-lain. (Suhartono, 1996 : 47)
Struktur primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan sedimen.
Struktur yang terbentuk sewaktu proses pengendapan sedang berlangsung termasuk lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro (micro-crosslamination), yaitu adanya kesan riak. (Mohamed, 2007).
2. Struktur Sedimen Sekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut, jejak binatang.

3. Struktur Sedimen Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau binatang lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan.

TENTANG MARMER DAN METAMORF

16.  ANALISIS BATUAN METAMORF

Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di bawah titik lebur; 200-350oC < T < 650-800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atm < P < 10.000 atm) disebut batuan metamorf. Proses metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km – 20 km. Winkler (1989) menyatakan bahwasannya proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.

Pembentukan Batuan Metamorf

Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika, biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.

Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C – 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.

Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran dari 650°C – 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit. Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.

Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu (1) metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism) dan (2) metamorfisme tingkat tinggi (high-grade metamorphism) (Gambar 3.9). Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous).
Gambar: memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat rendah – medium dan tingkat tinggi (O’Dunn dan Sill, 1986).

Pembentukan batuan metamorf selain didasarkan pada tingkat malihannya juga didasarkan pada penyebabnya.
Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi menjadi tiga yaitu (1) Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan; (2) Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P dominan; dan (3) Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas. Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh magma (intrusi) dengan lebar antara 2 – 3 km (Gambar 3.10). Metamorfisme dislokasi terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut mengalami penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa (Gambar 3.11). penyebaran tubuh batuan metamorf ini luas sekali mencapai ribuan kilometer
Gambar 3.10 memperlihatkan kontak aureole disekitar intrusi batuan beku (Gillen, 1982).
Pengenalan Batuan Metamorf
Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan akibat dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi.

Beberapa tekstur dan struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-metamorfik (seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini terhapus selama metamorfisme. Penerapan dari tekanan yang tidak sama, khususnya jika disertai oleh pembentukan mineral baru, sering menyebabkan kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur. Jika planar disebut foliasi.

Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-lapisan yang menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur, misal: lapisan yang kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa) berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral-mineral tabular atau prismatik (seperti: feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai gneis. Seandainya foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral pipih berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit) disebutskistosity. Pecahan batuan ini biasanya sejajar dengan skistosity menghasilkan belahan batuan yang berkembang kurang baik.

Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain yaitu didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk batuan metamorf ini mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-tama dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran mineral) atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral) (Tabel 3.12).

 Pada metamorfisme tingkat tinggi akan berkembang struktur migmatit (Gambar 3.12). Setelah penentuan struktur diketahui, maka penamaan batuan metamorf baik yang berstruktur foliasi maupun berstruktur non foliasi dapat dilakukan.

Misal: struktur skistose nama batuannya sekis; gneisik untuk genis; slatycleavage untuk slate/ sabak.
Sedangkan non foliasi,
misal: struktur hornfelsik nama batuannya hornfels; liniasi untuk asbes.
Variasi yang luas dari tekstur, struktur dan komposisi dalam batuan metamorf, membuatnya sulit untuk mendaftar satu atau lebih dari beberapa kenampakkan yang diduga hasil dari proses metamorfisme.
Oleh sebab itu hal terbaik untuk mempertimbangkan secara menerus seperti kemungkinan banyaknya perbedaan kenampakan-kenampakan yang ada.





































GEMPA BUMI  SEISME
Pasti Anda pernah mendengar berita tentang gempa bumi di televisi, biasa pembaca berita menyebutkan pusat gempa berada di Kota A. Hal itu dinamakan dengan episentrum, yaitu pusat gempa yang ada pada permukaan bumi. Untuk menentukan letak suatu episentrum gempa diperlukan catatan/data gempa dari minimal tiga tempat/kota yang merupakan stasiun pencatat gempa bumi yang bersifat homoseismik. Homoseismik adalah data-data seismik yang direkam dalam waktu yang bersamaan pada tempat atau lokasi yang berbeda.
 Stasiun-stasiun ini dihubungkan dengan satu garis lurus sehingga membentuk bangun segitiga. Kemudian di buat garis tinggi dari ketiga sudut yang dibentuk ketiga kota tersebut, titik perpotongan ketiga garis tinggi tersebut adalah pusat gempa di permukaan bumi atau yang disebut episentrum.





                 Penentuan titik episentrum berdasarkan tiga data homoseismik
Dari masing-masing stasiun pengukur gempa dibuat jari-jari dengan lingkaran dengan jari-jari episentral yang telah dikalikan dengan skala peta dimana kota pencatat gempa terletak. Perpotongan dari (minimal 3 kota ) lingkaran-lingkaran episentral tersebut merupakan titik episentrum. Misalnya gempa bumi terjadi di Waropen maka diambil tiga data homoseismik dari tiga stasiun pencatat gempa bumi terdekat, misalnya di Serui, Timika dan Jayapura lalu dicari titik episentrumnya dimana.

Klasifikasi Gempa Bumi

Klasifikasi gempa berdasarkan kedalaman hiposentrum :

1.   Gempa dalam ( lebih dari 300 km )
2.   Gempa Intermedier ( 100 km – 300 km)
3.   Gempa dangkal (kurang dari 100 km)

Klasifikasi gempa berdasarkan jarak episentralnya :

1.   Gempa local ( kurang dari 10.000 km)
2.   Gempa jauh (10.000 km )
3.   Gempa sangat jauh (lebih dari 10.000 km)

Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa kategori. Menurut proses terjadinya, gempa bumi diklasifikasikan menjadi seperti berikut:

    Gempa tektonik: terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik. Tumbukan ini akan menghasilkan getaran. Getaran ini yang merambat sampai ke permukaan bumi.
    Gempa vulkanik: terjadi akibat aktivitas gunung api. Oleh karena itu, gempa ini hanya dapat dirasakan di sekitar gunung api menjelang letusan, pada saat letusan, dan beberapa saat setelah letusan.
    Gempa runtuhan atau longsoran: terjadi akibat daerah kosong di bawah lahan mengalami runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat runtuhnya lahan hanya dirasakan di sekitar daerah yang runtuh.

Menurut bentuk episentrumnya, ada dua jenis gempa., yaitu :

    Gempa sentral: episentrumnya berbentuk titik.
    Gempa linear: episentrumnya berbentuk garis.

Menurut kedalaman hiposentrumnya, ada tiga jenis gempa, yaitu :

    Gempa bumi dalam: kedalaman hiposenter lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi.
    Gempa bumi menengah: kedalaman hiposenter berada antara 60-300 km di bawah permukaan bumi.
    Gempa bumi dangkal: kedalaman hiposenter kurang dari 60 km.

Menurut jaraknya, ada tiga jenis gempa, yaitu :

    Gempa sangat jauh: jarak episentrum lebih dari 10.000 km.
    Gempa jauh: jarak episentrum sekitar 10.000 km.
    Gempa lokal: jarak episentrum kurang 10.000 km.

Menurut lokasinya, ada dua jenis gempa, yaitu :

    Gempa daratan: episentrumnya di daratan.

Gempa lautan: episentrumnya di dasar laut. Gempa jenis inilah yang menimbulkan tsunami
Skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada tahun 1902. Skala Mercalli terbaagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebutdan juga dengan melihat dan membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Oleh itu skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain. Oleh karena itu, saat ini penggunaan skala Richter lebih luas digunakan untuk untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.

Skala Modifikasi Intensitas Mercalli

Skala Modifikasi Intensitas Mercalli mengukur kekuatan gempa bumi melalui tahap kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi itu. Satuan ukuran skala Modifikasi Intensitas Mercalli adalah seperti di bawah :
Skala Modifikasi Keamatan Mercalli
  1. Tidak terasa
  2. Terasa oleh orang yang berada di bangunan tinggi
  3. Getaran dirasakan seperti ada kereta yang berat melintas.
  4. Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak dinding rumah, benda tergantung bergoyang.
  5. Dapat dirasakan di luar rumah, hiasan dinding bergerak, benda kecil di atas rak mampu jatuh.
  6. Terasa oleh hampir semua orang, dinding rumah rusak.
  7. Dinding pagar yang tidak kuat pecah, orang tidak dapat berjalan/berdiri.
  8. Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan.
  9. Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan tekuk.
  10. Jambatan dan tangga rusak, terjadi tanah longsor. Rel kereta api bengkok.


JENIS SESAR
Sesar atau fault adalah rekahan yang mengalami geser-geseran yang jelas. pergeseran dapat berkisar dari beberapa milimeter sampai ratusan meter dan panjangnya dapat mencapai beberapa desimeter hingga ribuan meter. sesar dapat terjadi pada segala jenis batuan. akibat terjadinya pergeseran itu, sesar akan mengubah perkembangan topografi, mengontrol air permukaan dan bawah permukaan, merusak stratigrafi batuan dan sebagainya.

Ada beberapa tipe sesar, diantaranya :

LEMPENG TEKTONIK
Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.[1]













Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912.[6] dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat.[7][8] Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.[3][9][1

Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.
Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan magnesium.
Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan aluminium.

Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan material pembentuknya.
  • Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.
  • Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik.[18] Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.

Jenis-jenis Batas Lempeng

Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
  1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
  2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
  3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
SKALA GEOLOGI
Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi. Tabel periode geologi yang ditampilkan di halaman ini disesuaikan dengan waktu dan tatanama yang diusulkan oleh International Commission on Stratigraphy dan menggunakan standar kode warna dari United States Geological Survey.
Bukti-bukti dari penanggalan radiometri menunjukkan bahwa bumi berumur sekitar 4.570 juta tahun. Waktu geologi bumi disusun menjadi beberapa unit menurut peristiwa yang terjadi pada tiap periode. Masing-masing zaman pada skala waktu biasanya ditandai dengan peristiwa besar geologi atau paleontologi, seperti kepunahan massal. Sebagai contoh, batas antara zaman Kapur dan Paleogen didefinisikan dengan peristiwa kepunahan dinosaurus dan baerbagai spesies laut. Periode yang lebih tua, yang tak memiliki peninggalan fosil yang dapat diandalkan perkiraan usianya, didefinisikan dengan umur absolut.
FOSIL GEOLOGI
Foraminifera, atau disingkat foram, adalah grup besar protista amoeboid dengan pseudopodia.[1] Cangkang atau kerangka foraminifera merupakan petunjuk dalam pencarian sumber daya minyak, gas alam dan mineral.









ATMOSFER DAN GEJALANYA
Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbon dioksida, dan gas-gas lain.
Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga massanya, akan berkurang seiring dengan ketinggian. Semakin dekat dengan lapisan troposfer, maka udara semakin tipis, sehingga melewati batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali.
Apabila makhluk hidup bernapas, kandungan oksigen berkurang, sementara kandungan karbon dioksida bertambah. Ketika tumbuhan menjalani sistem fotosintesa, oksigen kembali dibebaskan.
Di antara gas-gas yang membentuk udara adalah seperti berikut :
LAPISAN ATMOSFER
Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan Bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap. Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Dengan peralatan yang sensitif yang dipasang di wahana luar angkasa, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang atmosfer berikut fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya.
Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan sedikit argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari Matahari dan mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada dalam 11 km dari permukaan planet.

Lapisan ini berada pada level yang terendah, campuran gasnya paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang paling tipis (kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Dalam lapisan ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin, tekanan dan kelembaban yang kita rasakan sehari-hari berlangsung. Suhu udara pada permukaan air laut sekitar 30 derajat Celsius, dan semakin naik ke atas, suhu semakin turun. Setiap kenaikan 100m suhu berkurang 0,61 derajat Celsius (sesuai dengan Teori Braak). Pada lapisan ini terjadi peristiwa cuaca seperti hujan, angin, musim salju, kemarau, dan sebagainya.
Atmosfer tidak mempunyai batas mendadak, tetapi agak menipis lambat laun dengan menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan angkasa luar.






EFEK RUMAH KACA
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.
Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca untuk masing-masing benda langit tadi akan dibahas di masing-masing artikel.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.
HUJAN

Jenis dan Macam Hujan

Di area daerah Republik Indonesia dapat kita jumpai tiga macam hujan / ujan yang turun, yaitu antara lain :
1. Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang disebabkan oleh bertemunya angin musim panas yang membawa uap air yang lembab dengan udara dingin bersuhu rendah sehingga menyebabkan pengembunan di udara yang pada akhirnya menurunkan hujan.
2. Hujan Orografis
Hujan orografis adalah hujan yang diakibatkan oleh adanya uap air yang terbawa atau tertiup angin hingga naik ke atas pegunungan dan membentuk awan. Ketika awan telah mencapai titik jenuh maka akan turun hujan.
3. Hujan Zenit
Hujan zenit adalah hujan yang penyebabnya adalah suhu yang panas pada garis khatulistiwa sehingga memicu penguapan air ke atas langit bertemu dengan udara yang dingin menjadi hujan. Hujan zenit terjadi di sekitar daerah garis khatulistiwa saja.
ANGIN
GAYA-GAYA YANG MEMPENGARUHI ANGIN

A.  Gaya Primer

Gaya primer yang menyebabkan terjadinya aliran udara horizontal adalah gaya gradien tekanan.  Gaya ini timbul karena adanya perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan suhu.  Perbedaan tekanan ini menimbulkan gradien tekanan yang memicu terjadinya angin.  Udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan yang rendah dan semakin tinggi perbedaan tekanan akan semakin cepat udara bergerak.

B.  Gaya Sekunder
Gaya sekunder merupakan gaya yang beraksi pada udara hanya setelah udara mulai bergerak.  Ada tiga gaya sekunder yang penting yang menyebabkan terjadinya jalur (curved path flow) pada arah yang berbeda.  Gaya-gaya ini adalah gaya coriolis, gaya sentrifugal dan gaya gesekan. 

KESEIMBANGAN GAYA-GAYA PENGATUR ANGIN

Setiap proses cenderung menuju kesetimbangan, kalaupun ketidakseimbangan ini terjadi, sifat sementara karena adanya reaksi terhadap gaya yang menyebabkannya.  Empat angin berikut berhubungan dengan proses tersebut untuk belahan bumi utara.
A.  Angin Geostropik
Angin geostropik yang bergerak sejajar dengan isolar yang lurus.  Untuk tahap awal, karena udara yang dipelajari adalah angin yang mengalir pada suatu garis lurus dibelahan bumi utara diatas ambang gesekan (600 m diatas permukaan laut) maka gaya Coriolis yang lebih berperan.  Pada tahap awal, kalau gaya gradien tekanan merupakan satu-satunya gaya yang bekerja, udara akan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan yang rendah dengan kecepatan angin yang semakin lama semakin tinggi.  Tetapi dengan udara yang bergerak, gaya Coriolis cenderung membelok
partikel-partikel udara yang bergerak ini mengarah ke kanan.
                                           Gambar 3.1.    Pada ketinggian dengan pengaruh gesekan nol, udara yang bergerak pada garis lurus mempunyai kesetimbangan antara gaya gradien tekanan dan gaya Coriolis. Pada saat kesetimbangan ini muncul angin yang terjadi disebut angin geostropik. 
B.  Gaya Gradien 

Angin gradien adalah angin yang bergerak sejajar dengan isobar yang melengkung. Pada tahap kedua ini gaya sentrifugal dimasukkan sebagai gaya ketiga untuk mencapai keadaan setimbang, dan gaya ini selalu bereaksi ke arah luar dari pusat jalur lengkung.
ANGIN FOHN
Angin fohn atau angin lokal atau angin terjun adalah angin yang terjadi apabila ada gerakan massa udara yang menaiki suatu pegunungan dengan ketinggian lebih dari 200 meter. Massa udara yang mencapai puncak pegunungan akan mengalami kondensasi dan akhirnya timbul hujan pada satu sisi lereng. Adapun pada lereng yang lain tidak terjadi hujan karena terhalang tingginya pegunungan. Daerah yg tidak mengalami hujan disebut daerah bayangan hujan.
Pada daerah bayangan hujan itu angin dari atas pegunungan akan bergerak menuruni lereng pegunungan dengan kecepatan tinggi. Hal itu menyebabkan naiknya suhu udara, karena setiap turun 100 meter udara naik 1 °C. Dengan demikian angin yang turun bersifat panas dan kering. Angin itulah yang disebut angin fohn.
Angin fohn yang terjadi di Indonesia antara lain sebagai berikut:
  1. Angin Bahorok (Deli, Sumatera Utara)
  2. Angin Kumbang (Cirebon, Jawa Barat)
  3. Angin Gending (Pasuruan, Jawa Timur)
  4. Angin Brubu (Makassar, Sulawesi Selatan)
  5. Angin Wambraw (Biak, Irian Jaya)





JENIS AWAN
Awan menurut bentuknya di bagi menjadi beberapa jenis
  • Pertama, Awan Kumulus (commulus)
Awan Kumulus adalah awan yang bentuknya seperti bunga kol. Awan ini terjadi karena proses konveksi. Secara lebih rinci awan ini terbagi dalam 3 jenis, yaitu: strato kumulus yaitu awan kumulus yang baru tumbuh, kumulus, dan kumulonimbus yaitu awan kumulus yang sangat besar dan mungkin terdiri beberapa awan kumulus yang bergabung menjadi satu.
  • Kedua, Awan Stratus

Awan stratus sangat rendah, tebal dan berwarna kelabu. Awan ini kelihatan seperti lelangit rendah atau kabus di tanah.


  • Ketiga, Awan Cirrus



 

Awan cirrus adalah awan tinggi dengan ciri-ciri tipis, berserat seperti bulu burung. Pada awan ini terdapat kristal-kristal es. Terkadang puncak awan cirrus bergerak dengan cepat. Arah anginnya juga dapat bervariasi. Awan Cirrus terbentuk ketika uap air membeku menjadi kristal es pada ketinggian diatas 8000 meter.

Sedangkan berdasarkan ketinggiannya, awan di kumpulkan menjadi 4

1. Awan rendah
  • terdiri daripada awan Stratokumulus, awan Nimbostratus dan awan Stratus. terletak kurang daripada 3 000 meter dari muka bumi.
  • Awan Stratokumulus kelihatan kasar.
  • Awan Nimbostratus gelap dan mempunyai lapisan-lapisan jelas dan dikenali juga sebagai awan hujan
  • Awan Stratus sangat rendah, tebal dan berwarna kelabu. Awan ini kelihatan seperti lelangit rendah atau kabus di tanah.

  • 2.Awan sederhana tnggi
  • Tediri daripada awan Altokumulus dan Altostratus. letaknya antara 3 000 hingga 6 000 meter dari muka bumi
  • Awan Altokumulus berkepul-kepul, tidak rata dan berlapis. Awan itu selalu menggambarkan keadaan cuaca yang baik.
  • Awan Altostratus lebih padat, berwarna kelabu dan kelihatan seperti air. Awan ini berjurai-jurai.
    3.Awan tinggi
  • Terdiri daripada awan Sirus, Sirokumulus dan Sirostratus
  • Awan Sirus kelihatan seperti kapas tipis dan awan ini menunjukkan cuaca agak cerah.
  • Awan Sirokumulus kelihatan seperti sisik ikan.
  • Awan Sirostratus ialah awan putih yang tipis seperti tirai.

4.Awan yang tinggi ke atas
  • Terdiri daripada awan Kumulus dan awan Kumulonimbus. letaknya kira-kira 6 000 hingga 9 000 meter dari muka bumi.
  • Awan Kumulus terbentuk kelompok- kelompok bulat
  • Awan Kumulonimbus berbentuk kelompok-kelompok besar. Kelompok-kelompok yang berwarna putih dan hitam ini mempunyai bentuk dan rupa yang beranekaragam. Awan membawa hujan yang disertsi dengan kilat dan petir.

===================================
ILMU GEOLOGI

17.  Beberapa cabang ilmu Geologi antara lain :
  1. Mineralogimempelajari mineral-mineral mulai dari sejarah terbentuknya, komposisi penyusunnya, struktur kristal dan sifat-sifat fisiknya. Mineralogi merupakan dasar untuk mempelajari batuan, sebab mineral merupakan komponen penyusun batuan.
  2. Petrologiilmu yang mempelajari tentang batuan. Bagaimana sejarah terbentuknya, komposisinya, struktur dan tekstur serta klasifikasinya.
  3. Paleontologimempelajari tentang kehidupan masa lalu berdasarkan dari fosil-fosil yang ter-record. Dengan mempelajari fosil, kita bisa mengetahui umur dari suatu perlapisan batuan atau bahkan suatu daerah beserta sejarahnya. Karena sekumpulan fosil bisa dipergunakan untuk mengkorelasi lapisan-lapisan batuan yang ada di suatu wilayah.
  4. Geomorfologimempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan proses-proses alam yang membentuknya.
  5. Stratigrafimempelajari tentang susunan perlapisan batuan, penyebaran, komposisi, ketebalan, umur, keragaman dan korelasi lapisan batuan.
  6. Geologi Strukturmempelajari tentang bentuk arsitektur permukaan Bumi dan konfigurasi batuan di kerak bumi yang terdeformasi, dimana lapisan batuan mengalami patahan, tergeser atau terlipat menjadi pegunungan lipatan.
  7. Geofisikaberkaitan dengan sifat-sifat fisik bumi. termasuk di dalamnya kegempaan, gaya berat, kemagnitan atau gradien suhu.
  8. Geokimiamempelajari tentang unsur-unsur kimia penyusun Bumi, keberadaan unsur-unsur yang bernilai ekonomis, isotop yang terdapat di Bumi dan penyebaran unsur-unsur tertentu di berbagai tempat. Metode eksplorasi geokimia sangat membantu di dalam pencarian mineral dan hidrokarbon.
  9. Geologi Teknikmempelajari tentang rekayasa sipil berdasarkan data-data geologi yang ada.
  10. Vulkanologimempelajari tentang terbentuknya gunungapi, bentuk dan struktur, tipe-tipe letusan, material-material yang dihasilkan oleh gunungapi, dampak-dampak yang ditimbulkan ketika terjadi erupsi dan bagaimana upaya mitigasi ketika terjadi erupsi gunungapi.
  11. Manajemen Bencana Geologi, mempelajari tentang berbagai jenis bencana geologi, faktor penyebab serta upaya mitigasinya.
  12. Tektonika, mempelajari tentang deformasi kerak bumi yang terjadi, teori tektonik lempeng dan pergerakannya.
  13. Geologi Sejarah, mempelajari urutan dari satuan waktu serta perkembangan dari sejarah Bumi.
  14. Geologi Minyak Dan Gas Bumi, penerapan pengetahuan Geologi untuk mencari sumber-sumber minyak dan gas bumi.
  15. Geologi Tata Lingkungan, penerapan ilmu geologi terhadap tata lingkungan hidup manusia berikut aspek-aspek yang menunjang.


18.  STRUKTUR BUMI
1.    Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 miliar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (Inggris: Astronomical Unit). Kala rotasi bumi adalah 23 jam 56 menit 4 detik. Sedangkan kala revolusinya adalah 365,25 hari. Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin surya, sinar ultraviolet dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti Bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Ionosfer,Termosfer, dan Eksosfer.
2.    Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer dan melindungi Bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan Bumi adalah antara -70 °C hingga 55 °C bergantung pada iklim setempat. Sehari dibagi menjadi 24 jam dan setahun di Bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai massa seberat 59.760 miliar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.
3.    Bumi memiliki diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan Bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen dan 1% uap air, karbondioksida dan gas lain.
4.    Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam Bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500 °C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi Bumi dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak Bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.
5.    Kerak Bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak Bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang menghasilkan gempa Bumi.
6.    Titik tertinggi di permukaan Bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter dan titik terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Baikal dengan kedalaman 1.637 meter, sedangkan danau terbesar adalah Laut Kaspia dengan luas 394.299 km2.

1.     Kerak bumi (crush)
Merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan masam. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer.

2. Selimut atau selubung (mantle)

 Merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi. Tebal selimut bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 oC.

3. Inti bumi (core)
 Terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 – 5200 km. Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam.
a. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200 oC.
b. Lapisan inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500 oC.



19.  B. LAPISAN LUAR BUMI

 1. Atmosfer
 
Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap. Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan sedikit argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari dan mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada dalam 11 km dari permukaan planet.

2. Troposfer

Lapisan ini berada pada level yang terrendah, campuran gasnya paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang paling tipis (kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara. Biasanya, jika ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak (steady), dari sekitar 17
sampai -52. Pada permukaan bumi yang tertentu, seperti daerah pegunungan dan dataran tinggi dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut.

Lapisan ini dianggap sebagai bagian atmosfer yang paling penting, karena berhubungan langsung dengan permukaan bumi yang merupakan habitat dari berbagai jenis mahluk hidup termasuk manusia, serta sebagain besar iklim berlangsung pada lapisan troposfer. Susunan kimia udara troposfer terdiri dari 78,03% nitrogen, 20,99 oksigen, 0,93% argon, 0,03% asam arang, 0,0015% nenon, 0,00015% helium, 0,0001% kripton, 0,00005% hidrogen, serta 0,000005% xenon.

Di dalam troposfer terdapat tiga jenis awan yaitu:
1. Awan rendah (cumulus), yang tingginya antara 0 – 2 km
2. Awan pertengahan (alto cumulus lenticularis), tingginya antara 2 – 6 km
3. Awan tinggi (cirrus) yang tingginya antara 6 – 12 km.

Troposfer terbagi lagi ke dalam empat lapisan, yaitu :
1. Lapisan Udara Dasar
Tebal lapisan udara ini adalah 1 – 2 meter di atas permukaan bumi. Keadaan di dalam lapisan udara ini tergantung dari keadaan fisik muka bumi, dari jenis tanaman, ketinggian dari permukaan laut dan lainnya. Keadaan udara dalam lapisan inilah yang disebut sebagai iklim mikro, yang memperngaruhi kehidupan tanaman dan juga jasad hidup di dalam tanah.

2. Lapisan Udara Bawah
Lapisan udara ini dinamakan juga lapisan-batasan planiter (planetaire grenslag, planetary boundary layer). Tebal lapisan ini 1 – 2 km. Di sini berlangsung berbagai perubahan suhu udara dan juga menentukan iklim.

3. Lapisan Udara Adveksi (Gerakan Mendatar)
Lapisan ini disebut juga lapisan udara konveksi atau lapisan awan, yang tebalnya 2 – 8 km. Di dalam lapisan udara ini gerakan mendatar lebih besar daripada gerakan tegak. Hawa panas dan dingin yang beradu di sini mengakibatkan kondisi suhu yang berubah-ubah.

4. Lapisan Udara Tropopouse
Merupakan lapisan transisi antara lapisan troposfer dan stratosfer terletak antara 8 – 12 km di atas permukaan laut (dpl). Pada lapisan ini terdapat derajat panas yang paling rendah, yakni antara – 46 o C sampai – 80o C pada musim panas dan antara – 57 o C sampai – 83 o C pada musim dingin. Suhu yang sangat rendah pada tropopouse inilah yang menyebabkan uap air tidak dapat menembus ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi, karena uap air segera mengalami kondensasi sebelum mancapai tropopouse dan kemudian jatuh kembali ke bumi dalam bentuk cair (hujan) dan padat (salju, hujan es).

3. Stratosfer


Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari ketinggian sekitar 11 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif stabil dan sangat dingin yaitu – 70oF atau sekitar – 57oC. Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang tertentu.Disini juga tempat terbangnya pesawat. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi pada lapisan ini. Dari bagian tengah stratosfer keatas, pola suhunya berubah menjadi semakin bertambah semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang bertambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada lapisan ini bisa mencapai sekitar 18oC pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause memisahkan stratosfer dengan lapisan berikutnya.

 Lapisan stratosfer dibagi dalam tiga bagian yaitu:
a. Lapisan udara isoterm; terletak antara 12 – 35 km dpl, dengan suhu udara – 50o C sampai -55o C.
b. Lapisan udara panas; terletak antara 35 – 50 km dpl, dengan suhu – 50o C sampai + 50o C.
c. Lapisan udara campuran teratas; terletak antara 50 – 80 km dpl, dengan suhu antara +50o C sampai -70o C. karena pengaruh sinar ultraviolet, pada ketinggian 30 km oksigen diubah menjadi ozon, hingga kadarnya akan meningkat dari 5 menjadi 9 x 10-2 cc di dalam 1 m3.
4.    Mesosfer

Kurang lebih 25 mil atau 40km diatas permukaan bumi terdapat lapisan transisi menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika ketinggian bertambah, sampai menjadi sekitar – 143oC di dekat bagian atas dari lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km diatas permukaan bumi. Suhu serendah ini memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang terbentuk dari kristal es. Daerah transisi antara lapisan mesosfer dan termosfer disebut mesopouse dengan suhu terendah – 110o C.

5. Termosfer

Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km. Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 1982oC. Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi sinar ultra ungu. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh. Molekul oksigen akan terpecah menjadi oksegen atomik di sini. Proses pemecahan molekul oksigen dan gas-gas atmosfer lainnya akan menghasilkan panas, yang akan menyebabkan meningkatnya suhu pada lapisan ini. Suhu pada lapisan ini akan meningkat dengan meningkaknya ketinggian.


5.     
6.     Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan lagi, yaitu:
a. Lapisan Udara E
Terletak antara 80 – 150 km dengan rata-rata 100 km dpl. Lapisan ini tempat terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara KENNELY dan HEAVISIDE dan mempunyai sifat memantulkan gelombang radio. Suu udara di sini berkisar – 70o C sampai +50o C .

b. Lapisan udara F
Terletak antara 150 – 400 km. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara APPLETON.

c. Lapisan udara atom
Pada lapisan ini, benda-benda berada dalam lbentuk atom. Letaknya lapisan ini antara 400 – 800 km. Lapisan ini menerima panas langsung dari matahari, dan diduga suhunya mencapai 1200o C
Fenomena aurora yang dikenal juga dengan cahaya utara atau cahaya selatan terjadi di lapisan ini.

6. Eksosfer

Merupakan lapisan atmosfer yang paling tinggi. Pada lapisan ini, kandungan gas-gas atmosfer sangat rendah. Batas antara ekosfer (yang pada dasarnya juga adalah batas atmosfer) dengan angkasa luar tidak jelas. Daerah yang masih termasuk ekosfer adalah daerah yang masih dapat dipengaruhi daya gravitasi bumi. Garis imajiner yang membatasi ekosfer dengan angkasa luar disebut magnetopause. Adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu meteoritik. Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut juga disebut sebagai cahaya Zodiakal.
































PERAIRAN LAUT

ZONA NERITIK
Komunitas ekosistem pantai pasir dangkal terletak di sepanjang pantai pada saat air pasang. Luas wilayahnya mencakup pesisir terbuka yang tidak terpengaruh sungai besar atau terletak di antara dinding batu yang terjal/curam. Komunitas di dalamnya umumnya didominasi oleh berbagai jenis tumbuhan ganggang dan atau rerumputan.[1]
Jenis ekosistem pantai pasirdangkal ada tiga, yaitu sebagai berikut.[1]

ZONA OSEANIK
Zona oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya tidak dapat ditembus cahaya Matahari sampai ke dasar, sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya bagian air dipermukaan tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan suhu. Batas dari kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin, daerah ini banyak ikannya.[2]
BENUAadalah daratan yang sangat luas; (kontinen). Pada awalnya bumi terbentuk seluruh benua merupakan satu daratan yang amat luas, belum terbagi-bagi oleh pergeseran kerak bumi; daratan tersebut disebut Pangea, pada masa mesozoikum terbagi atas dua bagian besar yaitu gondwana di belahan Bumi selatan dan laurasia di belahan Bumi utara.
Samudra adalah laut yang luas dan merupakan massa air asin yang sambung-menyambung meliputi permukaan bumi yang dibatasi oleh benua ataupun kepulauan yang besar. Samudra meliputi 71% permukaan bumi, dengan area sekitar 361 juta kilometer persegi, isi samudra sekitar 1.370 juta km³, dengan kedalaman rata-rata 3.790 meter. (Perhitungan tersebut tidak termasuk laut yang tak berhubungan dengan samudra, seperti Laut Kaspia).




PROSES PERUBAHAN WUJUD

Proses-proses perubahan wujud yang memerlukan kalor adalah
  • menguap : perubahan dari fase CAIR ke GAS
  • melebur : perubahan dari fase  PADAT ke CAIR
  • menyublim : perubahan dari fase  PADAT ke GAS tanpa melalui fase cair

KELEMBABAN  UDARA
Kelembaban relatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang terkandung di dalam campuran air-udara dalam fase gas. 
Kelembaban relatf dari suatu campuran udara-air didefinisikan sebagai rasio dari tekanan parsial uap air dalam campuran terhadap tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut. Kelembaban relatif menggunakan satuan persen dan dihitung dengan cara berikut:
di mana:
adalah kelembaban relatif campuran;
adalah tekanan parsial uap air dalam campuran; dan
adalah tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut dalam campuran

Higrometer adalah sejenis alat untuk mengukur tingkat kelembaban pada suatu tempat. Biasanya alat ini ditempatkan di dalam bekas (container) penyimpanan barang yang memerlukan tahap kelembapan yang terjaga seperti dry box penyimpanan kamera. Kelembaban yang rendah akan mencegah pertumbuhan jamur yang menjadi musuh pada peralatan tersebut.
Higrometer juga banyak dipakai di ruangan pengukuran dan instrumentasi untuk menjaga kelembapan udara yang berpengaruh terhadap keakuratan alat-alat pengukuran.
Kini Higrometer banyak dipakai untuk pengukur kelembaban ruangan pada budidaya jamur, kandang reptil, sarang burung walet maupun untuk pengukuran kelembaban pada penetasan telur

KLASIFIKASI IKLIM KOPEN

Klasifikasi iklim Köppen adalah salah satu sistem klasifikasi iklim yang paling banyak digunakan secara luas. Sistem ini dikembangkan oleh Wladimir Köppen, seorang ahli iklim Jerman, sekitar tahun 1884 (dengan beberapa perubahan oleh Köppen, tahun 1918 dan 1936). Kemudian, seorang ahli iklim Jerman yang bernama Rudolf Geiger bekerjasama dengan Köppen untuk mengubah sistem klasifikasi, sehingga sistem ini kadang-kadang disebut sebagai sistem klasifikasi Köppen–Geiger .
Sistem klasifikasi ini didasarkan pada konsep bahwa tanaman adalah ekspresi terbaik iklim; dan, lingkaran zona iklim telah dipilih dengan distribusi tanaman. Sistem ini menggabungkan temperatur dan kelembaban rata-rata bulanan dan tahunan, dan kelembaban musimKlasifikasi iklim Köppen membagi iklim menjadi lima kelompok dan beberapa jenis dan subjenis. Setiap jenis iklim diwakili oleh simbol 2 hingga 4 huruf.

KELOMPOK A: Iklim tropis/megatermal

 

   Iklim tropis berkarakter temperatur tinggi (pada permukaan laut atau ketinggian rendah) — dua belas bulan memiliki temperatur rata-rata 18 °C (64.4 °F) atau lebih tinggi. Terbagi menjadi:
  • Iklim basah dan kering atau sabana tropis (Aw).

RADIOSONDE

Radiosonde adalah seperangkat balon terbang yang digunakan untuk mengukur parameter atmosfer dan mengirimkan data tersebut ke stasiun penerima “tetap”. Rawinsonde adalah radiosonde yang dapat juga mengukur kecepatan angin dan arahnya. Variabel yang diukur atau dihitung adalah: tekanan, ketinggian, posisi (lat/lon), suhu, kelembaban, kecepatan dan arah angin. Radiosonde untuk pengukuran ozon biasanya disebut dengan ozonesondes.






AIR TANAH AQUIFER

Sebuah akuifer artesis adalah sebuah akuifer terbatas berisi air tanah yang akan mengalir ke atas melalui sebuah sumur yang disebut sumur artesis tanpa perlu dipompa. Air dapat mencapai permukaan tanah apabila tekanan alaminya cukup tinggi, dalam hal ini sumur itu disebut sumur artesis mengalir.
Sebuah akuifer adalah satu tingkatan batu halus, seperti batu kapur atau batu pasir yang menyerap air dari sebuah aliran air. Batu berpori-pori terletak di antara batu kedap air atau tanah liat. Ini mengakibatkan tekanan tinggi, sehingga ketika air menemukan jalur keluar, air tersebut melawan gravitasi dan mengalir ke atas daripada ke bawah. Pengisian akuifer terjadi ketika permukaan air di daerah pengisiannya berada pada ketinggian yang lebih tinggi daripada kepala sumur.
Akuifer air fosil juga bisa dianggap artesis bila mengalami tekanan yang cukup dari batu-batu sekitarnya. Hal ini sama dengan banyaknya sumur minyak yang diberi tekanan.
Sumur artesis memiliki nama yang berasal dari bekas provinsi Artois di Perancis, tempat banyak sumur artesis dibor oleh biarawan Carthusian sejak 1126.[1]

PERBANDINGAN LAUT DAN DARAT

Dalam Al Quran kata bahr yang berarti lautan, muncul sebanyak 32 kali.Sementara kata barr yang berarti daratan muncul sebanyak 13 kali.Mari kita ingat kembali sedikit pelajaran matematika di SD. Jika kita tambahkan daratan
dan lautan maka,

                         32 + 13 = 45

Kemudian kita buat pembagian, 
32/45 = 71.1%
Dan kita buat lagi pembagian, 

13/45 = 28.9%
Kemudian kita cari informasi di Encyclopedia mengenai rasio perbandingan antara daratan dan lautan.

Di sana kita akan mendapatkan data bahwa rasio perbandingan luas lautan atas daratan di bumi adalah 71 %, sementara luas daratan atas lautan adalah 29 %    
(Jika ini adalah "kebetulan", maka di dalam Al Quran ini akan ada banyak ayat yang harus di sebut "kebetulan")

EKOSISTEM LAUT

Ekosistem laut atau disebut juga ekosistem bahari merupakan ekosistem yang terdapat di perairan laur, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut.[1]
Ekosistem air laut memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut.[2]
  1. Memiliki salinitas tinggi, semakin mendekati khatulistiwa semakin tinggi.
  2. NaCl mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%.
  3. Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada ekosistem laut.
  4. Memiliki variasi perbedaan suhu di permukaan dengan di kedalaman.
STUNAMI

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut seismik".
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.

ARUS LAUT

Faktor terjadinya arus
Arus di permukaan laut terutama disebabkan oleh tiupan angin, sedang arus di kedalaman laut disebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut. Selain itu, arus di permukan laut dapat juga disebabkan oleh gerakan pasang surut air laut atau gelombang. Arus laut dapat terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean currents), maupun terjadi di perairan pesisir (coastal currents). Penyebab utama arus permukaan laut di samudera adalah tiupan angin yang bertiup melintasi permukaan Bumi melintasi zona-zona lintang yang berbeda. Ketika angin melintasi permukaan samudera, maka massa air laut tertekan sesuai dengan arah angin.
Temperatur adalah ukuran panas-dinginnya dari suatu benda. Panas-dinginnya suatu benda berkaitan dengan energi termis yang terkandung dalam benda tersebut. Makin besar energi termisnya, makin besar temperaturnya. Ada beberapa yang dapat digunakan untuk menentukan suhu mutlak T. Satuan dari T adalah Kelvin, yang memiliki simbol K. Proses dasar yang digunakan untuk menentukan skala suhu mutlak atas kisaran suhu yang ditemukan di laut meliputi (Soulen dan Fogle, 1997): 1) hukum gas yang berhubungan tekanan untuk temperatur gas ideal dengan koreksi untuk kerapatan gas; dan 2) gangguan tegangan dari resistensi R (Stewart, 2008).

TERMOKLIN AIR LAUT

Distribusi Temperatur terhadap Kedalaman
            Secara umum, temperatur di laut akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Pada kedalaman 200-300 meter dan 1000 meter, temperatur akan turun dengan cepat. Daerah ini dikenal sebagai termoklin permanen. Pada lapisan 1000 meter kebawah menuju dasar laut tidak  mengalami variasi musiman dan temperatur turun perlahan antara 0oC dan 3oC. Di atas termoklin pemanen, distribusi temperatur terhadap kedalaman menunjukkan variasi musiman terutama di lintang tengah. Pada musim dingin, ketika temperatur rendah  lapisan permukaan tercampur akan melebar ke termoklin pemanen. Pada musim panas, temperatur permukaan naik, termoklin musiman sering terbentuk di atas termoklin pemanen. Termoklin musiman terbentuk pada musim semi dan maksimum (laju perubahan tempeatur terbesar/gradien temperatur paling tajam) terjadi pada musim panas. Angin musim dingin yang dingin dan kuat meningkatkan kedalamn termoklin musiman dengan cepat dan menurunkan gradien tempeatur, selanjutnya lapisan campuran akan mencapai ketebalan penuh sebesar 200-300 meter. Di lintang rendah (ekuator) tidak terdapat musim dingin, sehingga termoklin musiman menjadi pemanen dan bergabung dengan termoklin pemanen pada kedalaman 100-150 meter. Di lintang tinggi yang lebih besar dari 60o, tidak ada termoklin pemanen.
SALINITAS KADAR GARAM

Menghitung Tinkat Salinitas pada Air

Salinitas adalah kadar garam atau tingkat keasinan yang terkadung pada air, salinitas juga terdapat pada tanah. Salinitas yang terkandung pada air danau dan sungai terhitung rendah maka air pada danau dan sungai dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam pada air sungai dan danau kurang dari 0,05%. Jika melebihi itu atau sekitar 0,05 % sampai 3% maka air tersebut dikategorikan sebagai air payau. Dan jika tingkat salinitasnya diantara 3% sampai 5% air tersebut dikategorikan sebagai air saline dan jika melebihi 5% maka dikategorikan sebagai brine.


Asal - Usul Terdapatnya Garam-Garaman di Laut

Menurut teori, zat-zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui proses outgassing, yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas ke permukaan dasar laut. Bersama gas-gas ini, terlarut pula hasil kikisan kerak bumi dan bersama-sama garam-garam ini merembes pula air, semua dalam perbandingan yang tetap sehingga terbentuk garam di laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah sepanjang masa. Artinya kita tidak menjumpai bahwa air laut makin lama makin asin. Garam - garaman di laut juga berasal dari sedimen sedimen yang terbawa melalui sungai menuju laut.





SALINITAS ATAU KADAR GARAM

Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas :

1. Penguapan
    Makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi.
2. Curah hujan
    Makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah.
3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut
    Makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah. 

Penghitungan Tingkat Salinitas 

Perhitungan salinitas dapat dilakukan dengan bantuan alat, seperti refraktometer dan salinometer. Berikut ini adalah beberapa cara dan langkah - langkahnya.

Refraktometer
Refraktometer merupakan alat pengukur salinitas yang cukup umum. Juga disebut sebagai pengukur indeks pembiasan pada cairan yg dapat digunakan untuk mengukur kadar garam. Prinsip alat ini adalah dengan memanfaatkan indeks bias cahaya untuk mengetahui tingkat salinitas air, karena memanfaatkan cahaya maka alat ini harus dipakai ditempat yang mendapatkan banyak cahaya atau lebih baik kalau digunakan dibawah sinar matahari jadi sehabis kita mengambil sampel air laut kita langsung menghitungnya dengan alat ini. Berikut langkah - langkahnya :

1. Tetesi refraktometer dengan aquadest
2. Bersihkan dengan kertas tisyu sisa aquadest yang tertinggal
3. Teteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya
4. Lihat ditempat yang bercahaya
5. Akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih
6. Garis batas antara kedua bidang itulah yang menunjukan salinitasnya
7. Bilas kaca prisma dengan aquades, usap dengan tisyu dan simpan refraktometer di tempat kering

Salinometer
Salinometer adalah alat untuk mengukur salinitas dengan cara mengukur kepadatan dari air yang akan dihitung salinitasnya. Bekerjanya berdasarkan daya hantar listrik,semakin besar salinitas semakin Besar pula daya hantar listriknya. Alat ini digunakan di laboratorium, berbeda dengan refraktometer yang biasa digunakan di lapangan atau outdoor. Cara menggunaka salinometer adalah sebagai berikut :
1. Ambil gelas ukur yang panjang, isi dengan air sampel yang akan diukur salinitasnya
2. Salinitas akan terbaca pada skalanya



ORGANISME LAUT



Terbentuknya terumbu karang
Istilah terumbu karang sangat sering kita dengar, namun belum tentu kita pahami pengertiannya.  Istilah terumbu karang ini merupakan terjemahan langsung bahasa Inggris dari kata coral reefs.  Menurut ensiklopedi dari situs htttp://dict.die.net/reef/,reef atau terumbu adalah serangkaian struktur keras dan padat yang berada di dalam atau dekat permukaan air.  Sedangkan coral atau karang, merupakan salah satu organisme laut yang tidak bertulang belakang (invertebrate), berbentuk polip yang berukuran mikroskopis (Gambar 1a), namun mampu menyerap kapur dari air laut dan mengendapkannya sehingga membentuk timbunan kapur yang padat.  Sekumpulan besar polip ini kemudian menyusun suatu koloni (Gambar 1b) sehingga membentuk suatu struktur kerangka menurut jenisnya (Gambar 1c).  Struktur ini secara bersama-sama dengan struktur koloni karang yang lain turut mengendapkan kapur dan berkonstribusi besar dalam membentuk struktur terumbu yang padat.  Seiring dengan waktu, selanjutnya terumbu ini akan menjadi substrat baru bagi koloni- koloni karang.
Pada dasarnya, terumbu yang terbentuk berasal dari endapan kalsium karbonat atau kapur yang dihasilkan oleh organisme karang dan tambahan dari alga berkapur serta organisme lain yang mensekresi kalsium karbonat.DKP-COREMAP (2004) memberikan urairan secara umum, bahwa terumbu karang adalah struktur dalam laut dangkal yang tahan terhadap gempuran ombak sebagai hasil proses-proses sementasi dan konstruksi kerangka koral hermatipik, ganggang berkapur, dan organisme yang mensekresi kapur. Anonim, 2006. Terumbu karang (coral Reff) merupakan  kelompok organism hidup di dasar laut dangkal, terutama di daerah tropis.  Terumbu karang disusun oleh karang-karang kelas Anthozoa, filum Cnideria, Colenterata, dan ordo Madreporaria (seleractinia) yang termasuk karang hermafitik (hermatypic coral) atau jenis-jenis karang yang mampu menghasilkan bangunan atau kerangka karang dari kalsium karbonat (CaCo3). Selain seleractinia corals adalah algayang banyak di antaranya juga mengandung kapur. Hewan yang termasuk kelas Anthozoa,yang berarti berbentuk bunga (Antho = bunga; zoa = hewan) Dalam klasifikasi hewan, karang termasuk dalam kelompok besar CnidariCoelenterata ( hewan berongga) seperti ubur-ubur dan anemone laut. Karang dikelompokkan sebagai karnifora dan pemakan zooplankton ( hewan mikroskopis yang sifat hidupnya terbawa air), seperti larva udang dan larva moluska.
Makanan karang berasal dari tiga sumber yaitu:
a)    Plankton yang tertangkap melalui tentakel yang dilengkapi dengan sel penyengat pelumpuh mangsa (nematocyst)
b)    Nutrisi organic yang diserap secara langsung dari air
c)    Senyawa organic yang dihasilkan zooxantbellae yaitu sejenis algae yang hidup di polip karang. Untuk kepentingan pembentukan karang, zooxantbellae merupakan yang paling penting (Dahuri 2003 dalam  Kordi 2010)
Terumbu karang dibedakan antara binatang karang (reef coral) sebagai individu organism dan terumbu karang (reef coral) sebagai suatu ekosistem, termasuk di dalamnya organism-organisme karang.

PASANG NAIK DAN PASANG SURUT
Energi arus laut adalah energi yang sangat dipengaruhi pasang surut air laut. Energi pasang surut (tidal)  ini diakibatkan gaya gravitasi bulan, matahari dan bumi Energi arus laut dapat juga dipengaruhi oleh faktor lain selain pasang surut, seperti topografi satu tempat dengan lainnya, konfigurasi benua : selat, Tanjung, teluk, kemiringan tanah, dll. 
Pasang surut laut sebagai penyebab dominan energi arus laut dapat di bagi dua yaitu : Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat. 
Energi arus laut berupa kecepatan arus yang diakibatkan energi pasang surut air laut dan faktor lainnya  tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Energi kinetik dari arus laut digunakan memutar turbin menghasilkan energi mekanik yang kemudian dikonversi oleh generator menghasilkan tenaga listrik. Perencanaan turbin, generator dan peralatan lainnya secara tepat sesuai dengan potensi dan topografi wilayah dapat menjadi solusi keterbatasan energi fosil sebagai energi primer.
Langsung ke: navigasi, cari
PLANET DAN TATA SURYA
Empat raksasa gas dalam Tata Surya dan tepian Matahari, memperlihatkan skala
Raksasa gas adalah planet besar yang tidak terdiri dari bebatuan atau benda padat lainnya. Raksasa gas mungkin memilik inti batu atau besi; dalam kenyataan, diharapkan gas raksasa mungkin memiliki inti tersebut supaya dapat terbentuk; tetapi mayoritas inti masanya dalam bentuk gas (atau gas yang terkompresi dalam bentuk cair). Tidak seperti planet batuan, raksasa gas tidak memiliki permukaan yang didefinisikan dengan jelas. Istilah seperti diameter, area permukaan, isi, suhu permukaan dan kepadatan permukaan mungkin menuju ke lapisan terluar yang tampak dari luar, misal dari Bumi.
Ada empat raksasa gas dalam tata surya kita: Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Mereka juga dikenal sebagai planet Jovian.
Uranus dan Neptunus sering dikatakan oleh ilmuwan di zaman dahulu sebagai sub-kelas terpisah dari planet raksasa, raksasa es atau planet Uranian dikarenakan struktur mereka yang terbentuk dari es dan batu dan gas, yang berbeda dari raksasa gas "tradisional" seperti Jupiter dan Saturnus. Ini dikarenakan proporsi dalam hidrogen dan helium lebih rendah dari planet terakhir yang disebut, mungkin karena jarak mereka yang sangat jauh dari Matahari.


ASTEROID
·  2. Asteroid / planetoid adalah kumpulan planet kecil yangjumlahnya puluhan ribu, beredar mengelilingi matahari, letaknyadi antara orbit mars dan yupiter. Asteroid, pernah disebut sebagai planet minor atauplanetoid, adalah benda berukuran lebih kecil daripada planet,tetapi lebih besar daripada meteoroid, umumnya terdapat dibagian dalam Tata Surya (lebih dalam dari orbit planetNeptunus). Asteroid berbeda dengan komet dari penampakanvisualnya. Komet menampakkan koma ("ekor") sementaraasteroid tidak. Menurut Hukum Titius-Bode, Jarak asteroid denganMatahari = 2.8 sa atau kira-kira 420 juta km.
·  3. Secara tradisi, istilah asteroid, planet minor, danplanetoid kurang lebih sama, namun kemudianpengelompokannya menjadi rumit setelah penemuansejumlah planet minor di belakang orbit Yupiter dankhususnya Neptunus yang tidak dipertimbangkansebagai asteroid.
·  4. Jadi… Penggumpalan kabut pijar atau planetesimalatau protoplanet, tidak hanya menghasilkan delapanplanet, tetapi juga satelit-satelitnya. Asteroid punberasal dari planetesimal
·  5. Teori Asteroid Para ahli astronomi menyatakan dalam sebuahteori bahwa asteroid adalah sisa-sisa planet yangmeledak sebelumnya mengorbit matahari di antaraorbit-orbit Mars dan Yupiter. Planet tersebut bergerakhingga jarak yang terlalu dekat dengan Yupiter sehinggahancur karena adanya gaya gravitrasi planet Yupiter.Kepingan-kepingan planet saling berbenturan sehinggamenyebabkan orbit-orbit yang berbeda.
·  6. Ada sebuah teori lain menjelaskan bahwaasteroid adalah bongkahan-bongkahan benda-bendaangkasa yang tidak pernah dapat membentuk planetpada waktu system tata surya terbentuk. Hal ini karenaadanya gaya gravitasi dari planet Yupiter, yangmenghalangi bongkahan-bongkahan benda angkasatersebut untuk saling menarik dan membentuk sebuahbentuk yang utuh.
·  7. Menurut bentuknya asteroid dibagi Ømenjadi : Asteroid besar Øcontohnya : Ceres, Pallas, Vesta, Hygiren. Asteroid kecil contohnya : Eros, Hitos, dan Geografos.
·  8. JunoAsteroid Gaspra taken by NEAR-Shoemaker
·  9. Vesta Pallas Asteroid
·  10. Penemuan Asteroid Asteroid pertama yang ditemukan adalah 1 Ceresyang ditemukan pada tahun 1801 oleh Giuseppe Piazzi.Kala itu, asteroid disebut sebagai planetoid. Asteroid yang diberi nama Ceres, yang artinyanama orang suci pelindung bagi orang Sisilia.
·  11. Mula-mula asteroid dikira hanya ada satu saja. Namun, padatahun-tahun berikutnya ternyata ditemukan 3 asteroid yang lain danbertambah terus, hingga sekarang tercatat lebih dari 2.000 asteroid. Orbit asteroid tidak hanya di antara Mars dengan Jupiter. Adaasteroid yang lebih dekat ke Bumi daripada ke Mars dan ada pula yanglebih jauh dari Jupiter diukur dari Matahari, seperti Icarus dan Apollo. Asteroid yang mengorbit di sekitar orbit Jupiter dinamakanasteroid Troya.
Tata surya merupakan kumpulan sistem dari matahari, planet, asteroid, komet, meteorid dan satelit. Matahari adalah pusat tata surya karena yang lainnya selalu mengitarinya baik siang maupun malam. Anggota tata surya yang mengitari matahari tersebut tidak pernah meninggalkan tempatnya dikarenakan adanya gaya gravitasi atau tarik menarik yang dihasilkan oleh matahari.
Solar System - Tata Surya







1. Planet
Jumlah planet sampai saat ini ada sembilan. Nama-nama planet tersebut adalah : Merkurius, Venus , Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Planet yang dapat dilihat tanpa menggunakan teropong adalah planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus. Sedangkan Planet Uranus, Neptunus dan Pluto harus dilihat dengan menggunakan teropong.
Planet dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan letak asteroidnya yaitu : Planet Dalam (Merkurius, Venus, Bumi, Mars) dan Planet Luar (Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto).
Planet yang paling jauh dengan matahari adalah Planet Pluto dan planet yang paling dekat dengan matahari adalah Planet Merkurius. Posisi terjauh planet dari matahari ini disebut Aphelium dan posisi terdekat dari matahari disebut Perihelium. Peredaran planet mengelilingi matahari disebut revolusi dan waktu yang diperlukan oleh planet untuk menyelesaikan satu kali revolusi disebut kala revolusi. Revolusi planet bumi adalah satu tahun.
Arah putaran planet searah dengan jarum jam kecuali Venus dan Uranus yang arah putarannya berlawanan. Rotasi adalah perputaran planet mengelilingi sumbunya. Waktu untuk sekali rotasi disebut kala rotasi. Kala rotasi bumi kurang lebih 24 jam, Venus memiliki kala rotasi yang paling lama yaitu 249 hari, sedangkan Jupiter memiliki kala rotasi yang paling cepat yaitu 9,9 jam.

Sebutan-sebutan untuk planet yang paling populer diantara adalah : Venus disebut juga bintang pagi atau bintang senja, Mars disebut atau dijuluki dengan planet merah, Uranus dan Neptunus disebut sebagai planet kembar. Planet terbesar adalah Jupiter, Planet terbesar kedua adalah Saturnus, dan planet terkecil sekaligus letaknya terjauh adalah planet pluto.

2. Satelit
Satelit adalah benda angkasa yang mengelilingi planet. Satelit ini selalu menemani planet dan disebut juga sebagai pengawal planet. Macam-macam satelit itu ada dua yaitu satelit alamiah dan satelit buatan. Jumlah satelit alamiah ada 63. Bumi memiliki 1 satelit yaitu bulan, Saturnus memiliki satelit terbanyak yaitu 18, Jupiter memiliki 16 satelit, Uranus memiliki 17 satelit, Mars memiliki 2 satelit, Neptunus memiliki 8 satelit dan pluto memiliki 1 satelit. Satelit milik Saturnus merupakan satelit terbesar yaitu bernama Titan. Satelit terbesar milik Jupiter adalah Ganymeda.
3. Komet
Komet adalah benda langit yang terdiri dari debu, es dan gas yang membeku dan komet ini juga mengelilingi matahari. Komet terlihat seperti menyala dan berekor. Komet yang paling terkenal adalah Komet Halley yang akan muncul setiap 76 tahun sekali. Komet Halley muncul terakhir pada tahun 1986 dan nanti akan muncul lagi pada tahun 2062. Komet yang jarang terlihat karena sering mengembara diantaranya adalah Komet Kohoutek.
4. Meteor dan Meteorit
Meteor adalah benda yang terbentuk dari pecahan-pecahan komet yang hancur. Ketika komet hancur, maka pecahan-pecahannya itu terus beredar diangkasa dan membentuk kelompok meteor. Meteor biasanya berukuran sangat kecil dan jarang yang berukuran besar. Peristiwa gesekan meteor dengan atmosfer yang menghasilkan panas dan membakar habis meteor sebelum dapat mencapai bumi dan menghasilkan jalur bercahaya, itulah yang disebut dengan meteor, bintang beralih / bintang ngaleh, ataupun bintang jatuh.
Sedangkan Meteorit adalah meteor yang jatuh dan sampai ke bumi. Meteorit pernah jatuh di Afrika dengan massa 60-70 ton yang belum diangkat sampai saat ini, bahkan di Arizona United States ada sebuah kawah besar bekas jatuhnya meteorid.
5. Asteroid
Asteroid adalah batuan ruang angkasa yang disebut juga sebagai planet kecil. Jumlah asteroid kira-kira mencapai 100.000 buah. Rata-rata diameter asteroid hanya 2 km. Asteroid terbesar adalah Ceres yang diameternya mencapai 955 km. Yang lainnya adalah asteroid Pallas diameter 560 km dan Vesta diameter 391 km. Asteroid biasanya juga bergerombol dimana kerumunan asteroid ini disebut dengan Sabuk Asteroid.










SIDERIS DAN SINODIS

Waktu sideris

Bumi dalam sistem tata surya selain mengelilingi matahari juga berputar pada sumbunya dengan garis yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan sebagai sumbu putarnya. Hal demikian ini disebut rotasi bumi. Terhadap suatu titik di langit (vernal equinox) yang posisinya relatif tetap, bumi memerlukan waktu 23 jam, 56 menit dan 4,09 detik untuk melakukan putaran 360 derajat atau satu hari sideris. Rentang waktu ini sedikit lebih pendek daripada satu hari yang biasa kita kenal: 24 jam.

Jam Sideris

Karena bumi berotasi maka benda-benda langit yang relatif diam akan tampak bergerak mengelilingi bumi bagi pengamat di muka bumi. Demikian pula dengan posisi vernal equinox. Jam Sideris didefinisikan sebagai jarak sudut vernal equinox terhadap meridian, atau sudut jam vernal equinox. Satuannya jam. Karena satu putaran vernal equinox dari meridian ke meridian lagi didefinisikan sebagai 24 jam sideris maka 1 jam sideris setara dengan perpindahan vernal equinox sejauh 15 derajat. Ketika vernal equinox tepat berada di meridian suatu tempat, saat itu Jam Sideris Lokalnya adalah 00:00.
Jam sideris sangat berguna bagi pengamatan astronomi. Gerakan harian bintang-bintang di langit relatif terhadap rotasi bumi bisa disamakan dengan gerak harian vernal equinox. Umumnya posisi benda-benda astronomi dinyatakan dengan asensio rekta dan deklinasi, yaitu pengukuran sudut relatif terhadap vernal equinox di bidang ekuator langit. Dengan jam sideris pengamat dapat menentukan kapan dan benda-benda apa yang akan diamati. Sebagai contoh, suatu benda astronomi akan berada di meridian pengamat jika asensio rekta benda itu sama dengan Jam Sideris Lokal.

Hari Sideris

Satu hari sideris adalah waktu yang diperlukan bumi berotasi satu putar atau dapat juga dikatan sebagai waktu yang diperlukan bintang melewati meridian di suatu tempat ke meridian yang sama lagi. Berbeda dengan satu hari yang biasa digunakan, satu hari Matahari, yang menyatakan rentang waktu gerak harian Matahari rata-rata satu putar relatif terhadap pengamat di bumi. Dalam satu tahun bumi berotasi 366,2422 kali namun bagi pengamat di muka bumi yang tetap akan melihat Matahari melintas 365,2422 kali. Dengan perbandingan itu dan karena satu hari Matahari adalah 24 jam maka panjang satu hari sideris adalah 86164,09 detik, atau 23 jam, 56 menit dan 4,09 detik.

MATA HARI

Matahari adalah bola raksasa yang terbentuk dari gas hidrogen dan helium.[1] Matahari termasuk bintang berwarna putih yang berperan sebagai pusat tata surya.[2][3][4] Seluruh komponen tata surya termasuk 8 planet dan satelit masing-masing, planet-planet kerdil, asteroid, komet, dan debu angkasa berputar mengelilingi Matahari. [5] Di samping sebagai pusat peredaran, Matahari juga merupakan sumber energi untuk kehidupan yang berkelanjutan.[6] Panas Matahari menghangatkan bumi dan membentuk iklim, sedangkan cahayanya menerangi Bumi serta dipakai oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis.[6] Tanpa Matahari, tidak akan ada kehidupan di Bumi karena banyak reaksi kimia yang tidak dapat berlangsung.[6]









Ilustrasi bagian-bagian Matahari.
(1) Inti
(2) Zona radiatif
 (3) Zona konvektif
(4) Fotosfer
(5) Kromosfer (6) Korona (7) Bintik Matahari (8) Granula (9) Prominensa.
Nicolaus Copernicus adalah orang pertama yang mengemukakan teori bahwa Matahari adalah pusat peredaran tata surya pada abad 16.[7] Teori ini kemudian dibuktikan oleh Galileo Galilei dan pengamat angkasa lainnya.[7] Teori yang kemudian dikenal dengan nama heliosentrisme ini mematahkan teori geosentrisme (bumi sebagai pusat tata surya) yang dikemukakan oleh Ptolemeus dan telah bertahan sejak abad ke dua sebelum masehi.[8] Konsep fusi nuklir yang dikemukakan oleh Subrahmanyan Chandrasekhar dan Hans Bethe pada tahun 1930 akhirnya dapat menjelaskan apa itu Matahari secara tepat.[7]














Matahari memiliki enam lapisan yang masing-masing memiliki karakteristik tertentu.[4] Keenam lapisan tersebut meliputi inti Matahari, zona radiatif, dan zona konvektif yang membentuk lapisan dalam (interior); fotosfer; kromosfer; dan korona sebagai daerah terluar dari Matahari.[4]

Inti Matahari

Inti adalah area terdalam dari Matahari yang memiliki suhu sekitar 15 juta derajat Celcius (27 juta derajat Fahrenheit).[4][19] Berdasarkan perbandingan radius/diameter, bagian inti berukuran seperempat jarak dari pusat ke permukaan dan 1/64 total volume Matahari.[20] Kepadatannya adalah sekitar 150 g/cm3. Suhu dan tekanan yang sedemikian tingginya memungkinkan adanya pemecahan atom-atom menjadi elektron, proton, dan neutron.[19][20] Neutron yang tidak bermuatan akan meninggalkan inti menuju bagian Matahari yang lebih luar.[19] Sementara itu, energi panas di dalam inti menyebabkan pergerakan elektron dan proton sangat cepat dan bertabrakan satu dengan yang lain menyebabkan reaksi fusi nuklir (sering juga disebut termonuklir).[4][19] Inti Matahari adalah tempat berlangsungnya reaksi fusi nuklir helium menjadi hidrogen.[20] Energi hasil reaksi termonuklir di inti berupa sinar gamma dan neutrino memberi tenaga sangat besar sekaligus menghasilkan seluruh energi panas dan cahaya yang diterima di Bumi.[4][19][21] Energi tersebut dibawa keluar dari Matahari melalui radiasi.[4]

Fotosfer

Fotosfer atau permukaan Matahari meliputi wilayah setebal 500 kilometer dengan suhu sekitar 5.500 derajat Celcius (10.000 derajat Fahrenheit).[4] Sebagian besar radiasi Matahari yang dilepaskan keluar berasal dari fotosfer. [4]Energi tersebut diobservasi sebagai sinar Matahari di Bumi, 8 menit setelah meninggalkan Matahari. [4]

Kromosfer

Kromosfer adalah lapisan di atas fotosfer.[4] Warna dari kromosfer biasanya tidak terlihat karena tertutup cahaya yang begitu terang yang dihasilkan fotosfer.[4] Namun saat terjadi gerhana Matahari total, di mana bulan menutupi fotosfer, bagian kromosfer akan terlihat sebagai bingkai berwarna merah di sekeliling Matahari.[4][21] Warna merah tersebut disebabkan oleh tingginya kandungan helium di sana.[21]

Korona

Korona merupakan lapisan terluar dari Matahari.[21] Lapisan ini berwarna putih, namun hanya dapat dilihat saat terjadi gerhana karena cahaya yang dipancarkan tidak sekuat bagian Matahari yang lebih dalam.[21] Saat gerhana total terjadi, korona terlihat membentuk mahkota cahaya berwarna putih di sekeliling Matahari.[4] Lapisan korona memiliki suhu yang lebih tinggi dari bagian dalam Matahari dengan rata-rata 2 juta derajat Fahrenheit, namun di beberapa bagian bisa mencapai suhu 5 juta derajat Fahrenheit.[21]

 

 

Bintik Matahari

Bintik Matahari terlihat seperti noda kehitaman di permukaan Matahari
Bintik Matahari adalaah granula-granula cembung kecil yang ditemukan di bagian fotosfer Matahari dengan jumlah yang tak terhitung.[33] Bintik Matahari tercipta saat garis medan magnet Matahari menembus bagian fotosfer.[34] Ukuran bintik Matahari dapat lebih besar daripada Bumi.[31] Bintik Matahari memiliki daerah yang gelap bernama umbra, yang dikelilingi oleh daerah yang lebih terang disebut penumbra.[33] Warna bintik Matahari terlihat lebih gelap karena suhunya yang jauh lebih rendah dari fotosfer.[33] Suhu di daerah umbra adalah sekitar 2.200 °C sedangkan di daerah penumbra adalah 3.500 °C.[33] Oleh karena emisi cahaya juga dipengaruhi oleh suhu maka bagian bintik Matahari umbra hanya mengemisikan 1/6 kali cahaya bila dibandingkan permukaan Matahari pada ukuran yang sama.[33]

Angin Matahari

Angin Matahari terbentuk aliran konstan dari partikel-partikel yang dikeluarkan oleh bagian atas atomosfer Matahari, yang bergerak ke seluruh tata surya.[35] Partikel-partikel tersebut memiliki energi yang tinggi, namun proses pergerakannya keluar medan gravitasi Matahari pada kecepatan yang begitu tinggi belum dimengerti secara sempurna.[35]

Badai Matahari

Badai Matahari terjadi ketika ada pelepasan seketika energi magnetik yang terbentuk di atmosfer Matahari.[37] Plasma Matahari yang meningkat suhunya hingga jutaan Kelvin beserta partikel-partikel lainnya berakselerasi mendekati kecepatan cahaya.[38] Total energi yang dilepaskan setara dengan jutaan bom hidrogen berukuran 100 megaton.[37] Jumlah dan kekuatan badai Matahari
bervariasi.[38]

GERAKAN PLANET .HUKUM KEPLER

Hukum Gerakan Planet Kepler

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari



Di dalam astronomi, tiga Hukum Gerakan Planet Kepler adalah:

  • Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di salah satu fokusnya.
  • Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama.
  • Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari Matahari.








Ketiga hukum di atas ditemukan oleh ahli matematika dan astronomi Jerman: Johannes Kepler (1571–1630), yang menjelaskan gerakan planet di dalam tata surya. Hukum di atas menjabarkan gerakan dua benda yang saling mengorbit.
Karya Kepler didasari oleh data pengamatan Tycho Brahe, yang diterbitkannya sebagai 'Rudolphine tables'. Sekitar tahun 1605, Kepler menyimpulkan bahwa data posisi planet hasil pengamatan Brahe mengikuti rumusan matematika cukup sederhana yang tercantum di atas.
Hukum Kepler mempertanyakan kebenaran astronomi dan fisika warisan zaman Aristoteles dan Ptolemaeus. Ungkapan Kepler bahwa Bumi beredar sekeliling, berbentuk elips dan bukannya epicycle, dan membuktikan bahwa kecepatan gerak planet bervariasi, mengubah astronomi dan fisika. Hampir seabad kemudian, Isaac Newton mendeduksi Hukum Kepler dari rumusan hukum karyanya, hukum gerak dan hukum gravitasi Newton, dengan menggunakan Euclidean geometri klasik.
Pada era modern, hukum Kepler digunakan untuk aproksimasi orbit satelit dan benda-benda yang mengorbit Matahari, yang semuanya belum ditemukan pada saat Kepler hidup (contoh: planet luar dan asteroid). Hukum ini kemudian diaplikasikan untuk semua benda kecil yang mengorbit benda lain yang jauh lebih besar, walaupun beberapa aspek seperti gesekan atmosfer (contoh: gerakan di orbit rendah), atau relativitas (contoh: prosesi preihelion merkurius), dan keberadaan benda lainnya dapat membuat hasil hitungan tidak akurat dalam berbagai keperluan.

REVOLUSI BUMI
  • Rotasi bumi
Rotasi bumi adalah perputaran bumi pada porosnya. Gerak ini dapat dimisalkan ketika seseorang naik kereta api yang sedang melaju. Jika orang itu melihat keluar maka pohon, tiang telepon, rumah dan lain-lain disekitar jalan kereta api akan tampak seolah-olah bergerak mendekat kemudian menjauh terhadap pengamat. Demikian pula halnya dengan gerak rotasi bumi. Pengamat yang berada di bumi sesungguhnya mengalami gerak rotasi dari barat ke timur seperti halnya dengan orang berada diatas kereta api yang sedang berjalan, sehingga benda-benda diluar bumi (matahari, bulan dan bintang) kelihatan bergerak dari timur ke barat.
Waktu yang diperlukan bumi untuk melakukan satu kali rotasi adalah 23 jam 56 menit 4,09 detik atau satu hari.
Akibat rotasi bumi adalah :
Peredaran semu harian benda-benda langit
  • Benda-benda langit yang terlihat setiap hari (terutama malam hari) seolah-olah melintas dari timur ke barat. Pergerakan ini selanjutnya disebut peregrakan semu harian benda langit. Pergerakan ini bukan disebabkan oleh gerakan benda-benda langit terhadap bumi tetapi disebabkan adanya rotasi bumi pada porosnya.
  • Peristiwa siang dan malam, Rotasi bumi meyebabkan bagian-bagian bumi yang berhadapan secara langsung dengan matahari akan mendapat sinar, sedang bagian sebaliknya tidak mendapat sinar. Bagian bumi yang mendapat sinar matahari akan terjadi siang, sedang bagian yang tidak terkena sinar matahari akan mengalami malam. Perbubahan siang dan malam berlangsung secara perlahan sehingga daerah-daerah yang berada pada posisi lebih timur dari daerah lain akan mengalami siang lebih dahulu.
  • Perbedaan waktu, Gari Bujur adalah garis khayal yang digunakan untuk menentukan waktu waktu di permukaan bumi dan di dasarkan pada kota Greenwich di Inggris. Kota Greenwich ditetapkan garis bujurnya 0o. Daerah disebelah timur disebut bujur timur, sedang daerah disebelah barat disebut bujur barat. Selanjutnya daerah barat dan timur masing-masing dibagi menjadi 180o













Pembagian waktu Internasional (Alam semesta dan Cuaca : 14)
  • Pembelokan arah angin, Angin bertiup dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Meskipun demikian arah angin tidak sama persis dengan arah gradien tekanan, hal ini disebabkan adanya efek gaya Coriolis pada angin. Gaya Coriolis adalah gaya semu yang timbul akibat efek dua gerakan yaitu gerak rotasi bumi dan gerak benda relatif terhadap bumi.
Pembelokan arah angin akibat efek Coriolis (Fisika Seribu Pena :129)
  • Pembelokan arus laut, Arus laut pada umumnya disebabkan oleh angin yang bertiup dipermukaannya. Seperti halnya arah angin, arah arus laut juga disimpangkan oleh adanya rotasi bumi. Arus laut dipaksa membelok ketika sampi di belahan bumi utara dan belahan bumi selatan
  • Perbedaan percepatan gravitasi bumi, Benda yang berputar/berrotasi akan menyebabkan terjadinya gaya sentripetal. Semakin besar jari-jari rotasi akan semakin besar juga gaya sentripetal yang timbul .
  • Gaya sentrifugal ini akan mengakibatkan bumi pepat di bagian kutub (garis tengah bumi bagian kutub lebih kecil dibanding garis tengah bumi bagian katulistiwa). Perbedaan garis tengah ini mengakibatkan percepatan gravitasi bumi berbada, sesuai hukum Newton tentang gravitasi.

GERAK REVOLUSI
  • Revolusi bumi evolusi bumi merupakan gerakan bumi mengelilingi matahari. Gerakan ini juga terjadi pada planet-planet lain anggota tatasurya. Bumi berevolusi dari barat ke timur dengan sudut kemiringan 66,5o terhadap sumbu rotasi bumi. Bidang yang dibentuk bumi selama berevolusi dinamakan bidang ekliptika.
Bidang Ekliptika (Alam semesta dan cuaca :10)
Tiap planet memiliki bidang orbit sendiri-sendiri, sudut yang dibentuk oleh bidang ekliptika dengan bidang orbit planet tertentu disebut sudut inklinasi.

Matahari yang terbit setiap pagi tidak selalu muncul ditempat yang sama, tetapi bergesar sedikit demi sedikit mulai dari atas katulistiwa sampai garis balik utara dan garis balik selatan.

Garis edar matahari
(Alam semesta dan Cuaca : 10)
Pergeseran titik terbit matahari mengikuti garis edar matahari, yaitu mulai dari katulistiwa ke garis balik utara kemudian ke garis balik selatan dan kembali lagi ke katulistiwa. Pergeseran ini berlangsung selama satu tahun
Titik terbit matahari selalu berubah (Alam semesta dan Cuaca : 11)
Gambar matahari terbit diambil dari tempat yang sama berturut-turut dari kiri ke kanan pada tanggal 10, 11 dan 12 Februari 1970. Pada gambar terlihat jelas titik terbit matahari bergeser ke kiri
  • Perubahan lamanya siang dan malam
Pergeseran garis edar matahari akan mengakibatkan perubahan / perbedaan lamanya siang dan malam. Pada saat-saat tertentu disuatu tempat akan mengalami malam yang lebih panjang dibanding siang demikian sebaliknya saat yang lain siang lebih lama dari malam. Di kutub Utara malam hari dapat berlangsung selama 24 jam sebaliknya pada saat yang sama di kutub selatan siang hari berlangsung selama 24 jam demikian pula sebaliknya.
  • Pergantian musim
Selain mengakibatkan perbedaan lamanya siang dan malam, pergeseran garis edar matahari juga mengakibatkan perubahan musim. Didaerah tropis secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 musim, yaitu musim kemarau yang kering dan musim penghujan yang basah. Sedang didaerah sub tropis dapat dibedakan menjadi 4 musim, yaitu musim semi, musim hujan, musim panas dan musim gugur. Musim-musim baik di daerah tropis maupun sub tropis berulang dalam satu tahun

Pergantian musim di Indonesia (Alam semesta dan cuaca : 63)
  • Terjadinya paralaks bintang
Paralaks merupakan gerakan atau pergeseran suatu benda jauh ketika dilihat dari dua atau lebih tempat yang berjauhan

NILAI MASA BUMI
Secara matematis, cara menemukannya diambil dari hukum gravitasi Newton, yang merumuskan gaya tarik (gaya gravitasi) antara dua massa:
F = GmM/r^2
Dalam persamaan Newton, F adalah gaya gravitasi, G adalah tetapan kesebandingan, M dan m adalah dua massa yang menghasilkan gaya, dan r adalah jarak antara kedua benda.
G sudah dihitung oleh Henry Cavendish tahun 1798, dan nilainya 6.67 x 10^-11 m^3/(kg detik^2).
Yang juga diperlukan adalah hukum gerak kedua Newton, F=ma, dimana F adalah gaya yang bekerja pada benda, m adalah massa benda dan a adalah percepatannya karena gaya.
Galileo menghitung bahwa percepatan karena gaya gravitasi bumi adalah tetapan sebesar 9.8 m/detik^2 di dekat permukaan Bumi.
Terakhir, kita juga harus tahu jari-jari Bumi; ia sudah dihitung pertama kali sejak zaman Yunani Kuno oleh Erastothenes dengan membandingkan bayangan dalam sumur saat titik balik matahari musim panas tahun 230 SM. Sekarang nilainya sekitar 6.378 x 10^6 m.
Jadi cara menghitungnya:
F = GmM/r^2 = ma
Kita cukup perlu ruas tengah dan kanan, karena ruas kiri hanya satu besaran saja. Jadi
GmM/r^2 = ma
Variabel m bisa dicoret karena sama-sama sebanding di ruas kiri dan kanan, jadi
GM/r^2 = a
Karena kita mencari nilai M, maka rumusnya bisa diubah menjadi
GM = ar^2
Kemudian
M = ar^2/G
Masukkan nilai-nilainya
a = 9.8 m/detik^2
r = 6.378 x 10^6 m
G = 6.67 x 10^-11 m^3/(kg detik^2)
Hasilnya adalah  massa bumi sebesar = 6.0 x 10^24 kg.









EQINOX

Sun Outage atau disebut pemadaman matahari, matahari transit atau matahari pudar adalah kondisi gangguan atau distorsi dari geostasioner satelit sinyal yang disebabkan oleh gangguan dari radiasi matahari, saat itu kondisi yang terjadi adalah pada saat bumi-satelit-matahari berada dalam satu garis lurus[1]. Efeknya adalah karena radiasi matahari yang mengganggu sinyal satelit. Di belahan bumi sebelah utara, pemadaman terjadi sebelum matahari matahari berada tepat di ekuator langit atau sering disebut equinox[2]; artinya matahari sedang berada tepat di atas Katulistiwa Bumi equinox Maret (Februari, Maret) dan setelah ekuinoks September (September dan Oktober), dan di belahan bumi selatan pemadaman terjadi setelah equinox Maret dan sebelum equinox bulan September.

PERIHELIUM APEHELIUM
Awal Juli 2012, Bumi akan berada dalam posisinya terjauhnya dari Matahari. Titik terjauh yang disebut aphelium ini memisahkan Bumi dan Matahari dengan jarak sekitar 152 juta kilometer. 
Menurut Peneliti Utama Astronomi dan Astrofisika LAPAN Thomas Djamaluddin, tidak ada tanggal pasti kapan posisi ini terjadi. Hanya bisa dipastikan jika fenomena ini berlangsung di awal Juli 2012 dan berlangsung selama beberapa hari.
"Titik aphelium itu terjadi ketika Matahari dalam titik terjauhnya. Titik ini terjadi di bulan Juli namun tidak tepat harus terjadi dalam satu hari. Posisi kebalikannya yaitu perihelium, terjadi di bulan Januari ketika Matahari dalam titik terdekatnya," kata Thomas saat berbincang dengan National Geographic Indonesia, Rabu (4/7).
Namun, dilansir dari National Geographic News, aphelium ini akan terjadi pada Rabu, 4 Juli 2012 waktu setempat (Kamis, 5 Juli waktu Indonesia).
Fenomena ini disebabkan karena orbit semua planet dalam sistem tata surya termasuk Bumi tidak benar-benar berbentuk bulat. Hal ini pertama kali diungkap oleh astronom Jerman, Johannes Kepler, pada abad ke-17.
"Kepler menemukan orbit planet-planet berbentuk elips dan Matahari mengimbanginya dari pusat," jelas Mark Hammergren, astronom dari Planetarium Adler di Chicago, Illinois, AS.
Karena orbit Bumi berbentuk elips, maka setiap tahun akan ada satu titik terdekat yang disebut dengan perihelion (perihelium) dan titik terjauh dengan matahari yang dikenal dengan aphelion (aphelium).
Diperkirakan pada tanggal 4 Juli ( 5 Juli waktu Indonesia ) Bumi berada pada titik aphelium, sekitar 152.102.196 kilometer dari Matahari. Dan titik perihelium tahun ini pada tanggal 4 Januari ketika Bumi berada pada jarak 149.597.870 kilometer dari Matahari.
.
KANDUNGAN PLANET VENUS
Venus adalah planet kedua dari Matahari, dinamai berdasarkan nama Dewi cinta Romawi, di samping itu venus adalah benda langit yang paling terang setelah matahari dan bulan. Orang – orang Babilonia menyebutny isthar bagi bangsa maya ia dikenal sebagai Chak ek yang artinya bintang besar. Bebrapa astronom zaman dahulu bahkan mengiranya sebagai dua objek yang berbeda yaitu bintang pagi dan bintang senja. Venus “bintang” yang dimaksud di atas adalah objek paling terang di langit setelah matahari dan bulan. Planet ini diselubungi gulungan awan  dan gas yang tebal, serta tetesan asam yang menyembunyikan permukaannya dari pandangan luar. Jarak planet Venus ke matahari adalah 108,2 juta km atau 0,72 SA dan mengelilingi matahari dalam waktu 225 hari dengan rotasi 243 hari. Atmosfer Venus mengandung 97% karbondioksida (CO2) dan 3% nitrogen, sehingga hampir tidak mungkin terdapat kehidupan.
Planet kedua dari Matahari tersebut telah menarik perhatian manusia sejak berabad-abad lalu. Namun seiring dengan majunya penelitian Astronomi, Pamor Venus justru memudar. Venus kalah popular untuk diteliti dibandingkan Mars atau Jupiter misalkan ini memungkinkan disebabkan karena para ilmuwan yakin tidak ada penemuan apa – apa disana mengingat suhu di permukaan Venus yang terlalu panas.
1.2  Uniknya Rotasi Venus
Venus berotasi secara lambat dari timur ke barat. Planet Venus melakukan putaran sekali setiap 243 hari Bumi artinya satu hari Venus sama dengan 243 hari Bumi. Ini suatu hal yang aneh karena Venus mengelilingi matahari dalam waktu 225 hai Bumi. Bila kita berada disana kita kan mempun yai kesan bahwa satu hari Venus akan lebih lama bila dibandingkan satu tahun di Bumi. Arah rotasi Venus berlawanan dengan arah rotasi planet-planet lain, hal ini terjadi karena venus berputar pada sumbu rotasi yang hampir 180˚  yang mengakibatkan lamanya waktu rotasi venus lebih lama dari waktu revolusinya. Selain itu, jangka waktu rotasi Venus lebih lama daripada jangka waktu revolusinya dalam mengelilingi matahari. Kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan suhu permukaannya sangat tinggi akibat efek rumah kaca yang hebat dimana panas matahari yang masuk tidak dapat keluar lagi akibatnya permukaan planet menjadi sangat panas hingga dapat melelehkan timah.
Meskipun venus berukuran dan berbobot hampir sama dengan bumi, namun planet ini jauh berbeda. Venus merupakan planet terpanas, sebagian karena atmosfer tebalnya menangkap sejumlah besar panas matahari melalui efek rumah kaca yang jauh lebih extreme daripada di bumi. Seperti halnya merkurius planet ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang, venus biasanya terlihat di sebelah timur sebelum matahari terbit, sehingga venus di sebut bintang timur atau bintang pagi. Kadang-kadang juga venus terlihat di sebelah barat sebelum matahari terbenam, sehingga venus dinamakan bintang senja, bintang barat, atau bintang kejora.
ASTEROIS DAN PLANET TERESTRIAL

PLANET

Planet adalah suatu benda gelap yang mengorbit sebuah bintang(Matahari).
Pengelompokan planet:

  • Berdasarkan dijadikannya Bumi sebagai pembatas;
  1. Planet Inferor,yaitu planet yang orbitnya di dalam orbit Bumi mengitari Matahari.Planet yang termasuk planet inferior adalah Merkurius dan Venus.
  2. Planet Superior,yaitu planet yang orbitnya berada di luar orbit Bumi mengitari Matahari.Planet yang termasuk planet superior adalah Mars, Yupiter, Saturnus ,Uranus, Neptunus, dan Pluto.
  • Berdasarkan dijadikannya lintasan asteroid sebagai pembatas;
  1. Planet Dalam,yaitu planet yang orbinya di sebelah dalam lintasan asteroid.Yang tergolong planet dalam adalah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.
  2. Planet Luar,yaitu planet yang orbitnya di sebelah luar lintasan asteroid.Anggota planet luar adalah Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
  • Berdaarkan ukuran dan komposisi bahan penyusunnya;
  1. Planet Terestrial/Kebumian,yaitu planet yang ukuran dan komposisi penyusunnya (batuan) mirip dengan Bumi.Yang termask planet terrestrial adalah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.
  2. Planet Jovian/Raksasa,yaitu planet yang sangat besar dan komposisi penyusunnya mirip Yupiter(terdiri dari sebagian besar es dan gas hydrogen).Yang tergolong dalam planet Jovian adalah Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
  • Hukum Gerakan Planet:
  1. Hukum I Kepler:”Orbit(lintasan dalam mengitari Matahari) planet berbentuk elips dengan Matahari berada pada salah satu titik apinya.
  2. Hukum II Kepler:”Garis hubung planet-Matahari akan menyapu daerah yang sama luasnya dalam selang waktu yang sama.
  3. Hukum III Kepler:”Jarak rata-rata planet ke Matahari pangkat tiga dibagi periode sideris kuadrat merupakan bilangan konstan” atau “Pangkat dua kala revolusi planet sebanding dengan pangkat tiga jarak planet ke Matahari.
ASTEROID
ª Asteroid adalah benda langit kecil dan padat yang terdapat dalam sistem tata surya kita.Asteroid adalah contoh dari sejenis planet kecil (atau disebut juga planetoida), namun jauh lebih kecil dari sebuah planet.
ª Asteroid berada dalam sebuah sabuk antara Mars dan Yupiter yang disebut sabuk asteroid.
ª Selama 200 tahun Ceres dianggap sebagai asteroid terbesar. Namun pada 23 Agustus 2001, telah ditemukan asteroid yang lebih besar daripada Ceres. asteroid ini bernama 2001 KX 76, lintasan orbitnya di dekat Pluto. Asteroid yang paling kecil mempunyai diameter beberapa puluh meter.
ASTEROID TERBESAR
Eunomia ( /jʊˈnmiə/ ew-NOH-mee-ə; bahasa Yunani: Ευνομία) adalah sebuah asteroid yang sangat besar di bagian dalam sabuk asteroid. Eunomia adalah asteroid berbatu tipe S yang paling besar, dan merupakan asteroid sabuk utama terbesar kedelapan hingga kedua-belas (diameternya yang tidak sama menyebabkan keraguan pemberian peringkat ini).
Eunomia merupakan asteroid keluarga Eunomia yang paling besar, dan diperkirakan menyumbangkan 1% untuk total massa dari sabuk asteroid.[6][9] Sebagai asteroid tipe S yang paling besar (keduanya adalah 3 Juno), Eunomia telah cukup banyak menarik perhatian dunia sains.
Eunomia ditemukan oleh Annibale de Gasparis pada 29 Juli 1851 dan dinamai mengikuti Eunomia, salah satu Horai, personifikasi perintah dan hukum dalam mitologi Yunani.
Eunomia telah ditemukan pernah menutupi bintang lain sebanyak tiga kali. Eunomia mempunyai magnitudo rata-rata pada masa oposisi sebesar +8,5[10] hampir setara dengan kecerahan rata-rata dari Titan, dan dapat mencapai +7,9 pada masa oposisi dekat perihelion.
Eunomia juga menjadi unsur dari salah permainan video Descent di mana ada satu level tersembunyi untuk menyelidiki stasiun tambang rahasia di asteroid Eunomia


KOMET DAN WARE

Komet adalah salah satu anggota dari keluarga sistem tata surya
Komet adalah benda langit yang mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk lonjong atau parabolis atau hiperbolis.[1]
Kata "komet" berasal dari bahasa Yunani, yang berarti "rambut panjang".[2] Istilah lainnya adalah bintang berekor[3] yang tidak tidak tepat karena komet sama sekali bukan bintang[3]. Orang Jawa menyebutnya sebagai lintang kemukus karena memiliki ekor seperti buah kemukus yang telah dikeringkan.
Komet terbentuk dari es dan debu.[4] Komet terdiri dari kumpulan debu dan gas yang membeku pada saat berada jauh dari Matahari.[1] Ketika mendekati Matahari, sebagian bahan penyusun komet menguap membentuk kepala gas dan ekor.[4] Komet juga mengelilingi Matahari, sehingga termasuk dalam sistem tata surya.[5] Komet merupakan gas pijar dengan garis edar yang berbeda-beda.[5] Panjang "ekor" komet dapat mencapai jutaan km.[2] Beberapa komet menempuh jarak lebih jauh di luar angkasa daripada planet.[6] Beberapa komet membutuhkan ribuan tahun untuk menyelesaikan satu kali mengorbit Matahari.[6]

Bagian-Bagian Komet

Bagian-bagian komet terdiri dari inti, koma, awan hidrogen, dan ekor.[7] Bagian-bagian komet sebagai berikut.[8]
Inti komet adalah sebongkah batu dan salju.[9] Ekor komet arahnya selalu menjauh dari Matahari.[7] Bagian ekor suatu komet terdiri dari dua macam, yaitu ekor debu dan ekor gas.[10] Bentuk ekor debu tampak berbentuk lengkungan, sedangkan ekor gas berbentuk lurus.[10] Koma atau ekor komet tercipta saat mendekati Matahari yaitu ketika sebagian inti meleleh menjadi gas.[11] Angin Matahari kemudian meniup gas tersebut sehingga menyerupai asap yang mengepul ke arah belakang kepala komet.[11] Ekor inilah yang terlihat bersinar dari bumi.[11] Sebuah komet kadang mempunyai satu ekor dan ada yang dua atau lebih.[10]

Jenis-Jenis Komet

Berdasarkan bentuk dan panjang lintasannya, komet dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.[12]
  • Komet berekor panjang, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat jauh melalui daerah-daerah yang sangat dingin di angkasa sehingga berkesempatan menyerap gas-gas daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati Matahari, komet tersebut melepaskan gas sehingga membentuk koma dan ekor yang sangat panjang. Contohnya, komet Kohoutek yang melintas dekat Matahari setiap 75.000 tahun sekali dan komet Halley setiap 76 tahun sekali.
  • Komet berekor pendek, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat pendek sehingga kurang memiliki kesempatan untuk menyerap gas di daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati Matahari, komet tersebut melepaskan gas yang sangat sedikit sehingga hanya membentuk koma dan ekor yang sangat pendek bahkan hampir tidak berekor. Contohnya komet Encke yang melintas mendekati Matahari setiap 3,3 tahun sekali.
HARI SIDERIS DAN SINODIS
Kalender Tengger merupakan turunan Kalender Hindu yang digunakan oleh Suku Tengger di daerah Jawa Timur. Karena itu Kalender Tengger termasuk dalam kalender bulan-matahari dimana satu bulan sama dengan satu bulan sinodis (29 hari matahari 12 jam 44 menit 2,87 detik pada 1 Januari 2000 M) dan satu tahun sama dengan satu tahun tropis (365 hari matahari 5 jam 48 menit 45.19 detik pada 1 Januari 2000 M). Tetapi walaupun Kalender Hindu merupakan kalender astronomis yang berdasarkan pengamatan langit, Kalender Tengger merupakan kalender matematis yang berdasarkan perhitungan angka.
Panjang rute edar bulan selama satu bulan adalah panjang kurva yang dibentuk oleh bulan selama melakukan revolusi pada sistem periode bulan sideris. Periode bulan sebenarnya ada dua jenis, sideris dan sinodis. Berbagai sistem kalender telah diuji, namun sistem kalender bulan sideris menghasilkan nilai c yang persis sama dengan nilai c yang sudah diketahui melalui pengukuran Dua macam sistem kalender bulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sistem sinodis, yang didasarkan atas penampakan semu gerak bulan dan matahari dari bumi, dimana:
1 hari = 24 jam
1 bulan = 29.53059 hari

2. Sistem sideris, yang didasarkan atas pergerakan relatif bulan dan matahari terhadap bintang dan alam semesta, dimana:

1 hari = 23 jam 56 menit 4.0906 detik = 86164.0906 detik
1 bulan = 27.321661 hari

Ada perbedaan antara periode bulan sideris dan sinodis. Pada periode sinodis, satu bulan penuh adalah 29.5 hari dimana posisi bulan kembali ke posisi semula tepat pada garis lurus antara matahari dan bumi, dan rutenya berupa lingkaran. Sementara pada periode bulan sideris satu bulan penuh ditempuh selama 27.3 hari dan rutenya bukan berupa lingkaran, melainkan berbentuk kurva yang panjangnya L. Nilai L ini secara matematis dapat dituliskan sebagai:

L = v . T

Dimana:
v = kecepatan gerak bulan
T = periode revolusi bulan
= 27.321661 hari

Sudut yang dibentuk oleh revolusi bulan selama satu bulan sideris, adalah:

a =  27.321661 hari / 365.25636 hari x 360º
a =  26.92848º

GERHANA BULAN
Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5°[1], maka tidak setiap oposisi bulan dengan Matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti dengan gerhana Matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara Matahari dengan bumi.
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat.
Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali.
Ketika gerhana bulan sedang berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana bulan (salat khusuf).[rujukan?]
Jenis-jenis gerhana bulan

    Gerhana bulan total

    Pada gerhana ini, bulan akan tepat berada pada daerah umbra.

    Gerhana bulan sebagian


    Pada gerhana ini, tidak seluruh bagian bulan terhalangi dari Matahari oleh bumi. Sedangkan sebagian permukaan bulan yang lain berada di daerah penumbra. Sehingga masih ada sebagian sinar Matahari yang sampai ke permukaan bulan.

    Gerhana bulan penumbra

    Pada gerhana ini, seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra. Sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.

MAGNITUT BINTANG

Magnitudo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Magnitudo atau kadang disebut skala kecerahan, skala magnitudo bermakna semakin besar angka magnitudo maka kecerahan bintang tersebut akan semakin besar.Semakin kecil nilai magnitudo maka tingkat energi yang diterima kita di Bumi akan semakin besar.
Tingkat magnitudo ini berhubungan dengan logaritma. Rumus Pogson tentang magnitudo adalah perbedaan magnitudo sama dengan -2,5 log perbandingan fluks yang diterima di permukaan bumi.
AURORA  DI KUTUB
Aurora adalah fenomena alam yang menyerupai pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh Matahari (angin surya).
Di bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan magnetiknya. Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama Aurora Borealis (IPA /ɔˈɹɔɹə bɔɹiˈælɪs/), yang dinamai bersempena Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas. Ini karena di Eropa, aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah Matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara September dan Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa.Tapi kadang-kadang aurora muncul di puncak gunung di iklim tropis.
MANTEL BUMI
Kerak Bumi adalah lapisan terluar Bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt.
Kerak Bumi dan sebagian mantel Bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan total kurang lebih 80 km.
Temperatur kerak meningkat seiring kedalamannya. Pada batas terbawahnya temperatur kerak menyentuh angka 200-400 oC. Kerak dan bagian mantel yang relatif padat membentuk lapisan litosfer. Karena konveksi pada mantel bagian atas dan astenosfer, litosfer dipecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak. Temperatur meningkat 30 oC setiap km, namun gradien panas Bumi akan semakin rendah pada lapisan kerak yang lebih dalam.
Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak Bumi adalah: Oksigen (O) (46,6%), Silikon (Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe) (5,0%), Kalsium (Ca) (3,6%), Natrium (Na) (2,8%), Kalium (K) (2,6%), Magnesium (Mg) (2,1%).
Para ahli dapat merekonstruksi lapisan-lapisan yang ada di bawah permukaan Bumi berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap seismogram yang direkam oleh stasiun pencatat gempa yang ada di seluruh dunia.
Kerak Bumi purba sangat tipis, dan mungkin mengalami proses daur ulang oleh lempengan tektonik yang jauh lebih aktif dari saat ini dan dihancurkan beberapa kali oleh tabrakan asteroid, yang dulu sangat umum terjadi pada masa awal terbentuknya tata surya. Usia tertua dari kerak samudra saat ini adalah 200 juta, namun kerak benua memiliki lapisan yang jauh lebih tua. Lapisan kerak benua tertua yang diketahui saat ini adalah berusia 3,7 hingga 4,28 miliar tahun dan ditemukan di Narryer Gneiss Terrane di Barat Australia dan di Acasta Gneiss, Kanada.
Pembentukan kerak benua dihubungkan dengan periode orogeny intensif. Periode ini berhubungan dengan pembentukan super benua seperti Rodinia, Pangaea, dan Gondwana.
KRISTALOGI
Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral adalah (1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang belah, (4) warna, (5) kekerasan, (6) goresan, dan (7) kilap. Adapun cara yang kedua adalah melalui analisa kimiawi atau analisa difraksi sinar X, cara ini pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu yang lama.

Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk mengenal mineral secara cepat, yaitu:
  1. Bentuk kristal (crystall form):
bagian dari prisma segi enam dan besarnya sudut antara bidang-bidangnya akan tetap dapat dikenali.Kristal mineral intan, dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan atau oktahedron dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun keduanya mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaiut keduanya terdiri dari unsur Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena susunan atom karbonnya yang berbeda.      
2.      ·  Berat jenis (specific gravity): Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Umumnya mineral-mineral pembentuk batuan,mempunyai berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal di dalamnya berkisar antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis 19.3.
3.      ·  Bidang belah (fracture): Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atom-atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang lemah yang dimiliki oleh suatu mineral.
4.      ·  Warna (color): Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada warna-warna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu di dalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral, mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang, diindikasikan banyak mengandung aluminium.
5.      ·  Kekerasan (hardness): Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral saling digoreskan satu dengan lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral yang relatif lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.
6.      ·  Goresan pada bidang (streak): Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.
7.   ·  Kilap (luster): Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu Kilap Logam dan Kilap Non- Logam. Kilap Non-logam antara lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kelap resin, dan kilap tanah.
MINERALOGI
Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral.
Pada awalnya, mineralogi lebih menitikberatkan pada sistem klasifikasi mineral pembentuk batuan. International Mineralogical Association merupakan suatu organisasi yang beranggotakan organisasi-organisasi yang mewakili para ahli mineralogi dari masing-masing negara. Aktivitasnya mencakup mengelolaan penamaan mineral (melalui Komisi Mineral Baru dan Nama Mineral), lokasi mineral yang telah diketahui, dsb. Sampai dengan 2004 telah terdapat lebih dari 4000 spesies mineral yang diakui oleh IMA. Dari kesemua itu, 150 dapat digolongkan “umum”, 50 lainnya “kadang-kadang”, dan sisanya “jarang” sampai “sangat jarang”
Belakangan ini, dangan disebabkan oleh perkembangan teknik eksperimental (seperti defraksi neutron) dan kemampuan komputasi yang ada, telah memungkinkan simulasi prilaku kristal berskala atom dengan sangat akurat, ilmu ini telah berkembang luas hingga mencakup permasalahan yang lebih umum dalam bidang kimia anorganik dan fisika padat. Meskipun demikan, bidang ini tetap berfokus pada struktur kristal yang umumnya dijumpai pada mineral pembentuk batuan (seperti pada perovskites, mineral lempung dan kerangka silikat). Secara khusus, bidang ini telah mencapai kemajuan mengenai hubungan struktur mineral dan kegunaannya; di alam, contoh yang menonjol berupa akurasi perhitungan dan perkiraan sifat elastic mineral, yang telah membuka pengetahuan yang mendalam mengenai prilaku seismik batuan dan ketidakselarasan yang berhubungan dengan kedalaman pada seismiogram dari mantel bumi. Sehingga, dalam kaitannya dengan hubungan antara fenomena berskala atom dan sifat-sifat makro, ilmu mineral (seperti yang umumnya diketahui saat ini) kemungkinan lebih berhubungan dengan ilmu material daripada ilmu lainnya.
Asam mineral merapakan sejenis asam yang diturunkan dari reaksi kimia mineral-mineral anorganik (berlawanan dengan asam organik). Asam ini memiliki atom hidrogen yang berikatan kovalen dengan anion, seperti misalnya sulfat atau klorida.

PASIR KWARSA








Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pasir kwarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan di tepi-tepi sungai, danau atau laut.

Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 17150C, bentuk kristal hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan konduktivitas panas 12 – 1000C.

Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang meluas, baik langsung sebagai bahan baku utama maupun bahan ikutan. Sebagai bahan baku utama, misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri perminyakan dan pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain sebagainya.

Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di Sumatera Barat, potensi lain terdapat di Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung.

SKALA MOHS

Skala kekerasan mineral Mohs mengklasifikasikan resistensi goresan terhadap berbagai mineral melalui kemampuan suatu bahan keras menggores bahan yang lebih lunak. Skala ini diciptakan tahun 1812 oleh geolog dan mineralog Jerman Friedrich Mohs dan merupakan satu dari beberapa definisi kekerasan dalam teknik material.[1] Metode perbandingan kekerasan dengan melihat mineral mana yang mampu menggores mineral lain sudah lama ada, pertama kali disebutkan oleh Theophrastus dalam tulisannya Tentang Batuan sekitar tahun 200 SM, diikuti Plinius yang Tua dalam Naturalis Historia sekitar tahun 77 M.[2][3][4]

Daftar isi

Mineral

Skala kekerasan mineral Mohs didasarkan pada kemampuan satu sampel materi alami untuk menggores materi yang lain. Sampel materi yang digunakan Mohs adalah semua mineral. Mineral adalah zat murni yang ditemukan di alam sekitar. Batuan teruat dari satu atau beberapa mineral.[5] Sebagai zat alami terkeras yang pernah ada ketika skala ini dibuat, intan ditempatkan di puncak skala. Kekerasan bahan diukur terhadap skala ini dengan menemukan bahan terkeras yang dapat menggores suatu bahan lunak atau sebaliknya. Misalnya, jika beberapa bahan mampu digores oleh apatit, namun tidak dengan fluorit, maka kekerasannya pada skala Mohs dapat menempati nilai 4 dan 5.[6]
Skala Mohs adalah skala ordinal murni. Misalnya, korundum (9) dua kali lebih keras daripada topaz (8), namun intan (10) hampir empat kali lebih keras daripada korundum. Tabel di bawah memperlihatkan perbandingan dengan kekerasan absolut yang diukur menggunakan sklerometer dengan contoh gambar.[7][8]
Kemagnetan kristal adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Untuk mengetahui hal tersebut, dapat dilakukan dengan cara mendekatkan mineral dengan magnet. Sifat yang terjadi berupa mineral tertarik oleh magnet atau mineral tidak tertarik oleh magnet.
Kemagnetan terjadi ketika ada suatu ketidakseimbangan dalam struktur susunan ion-ion besi. Besi ditemukan dalam dua prinsip ionik yang dinamakan ion besi belerang (ferrous ions) dan ion asam besi (ferric ions). Ion besi belerang bermuatan +2; sedangkan ion asam besi bermuatan +3. Kedua ion mempunyai perbedaan atomic radii karena muatan yang lebih tinggi pada ion asam besi menarik elektron yang mengelilingi ion secara kuat. Hal ini dapat mendorong kearah ion yang berbeda yang sedang ditempatkan dalam posisi terpisah pada suatu struktur kristal. Elektron bergerak dari besi belerang ke ion asam besi yang bermuatan lebih positif menciptakan suatu medan magnet yang lemah.
Sifat kemagnetan suatu mineral salah satunya adalah Ferromagnetik. Mineral ferromagnetik ialah mineral yang dapat ditarik oleh magnet dengan kuat.
Contoh mineral ferromagnetik :
  • Magnetite
  • Maghemite
  • Pyrrhotite


Mineralogi Mineral Ferromagnetik

Sejauh ini, bahwa mineral ferromagnetik yang paling penting adalah besi – titanium ( FeTi)  oksida. FeTi Oksida umumnya opaque dan saat pemeriksaan petrografi, memerlukan pengamatan bagian yang mengkilap akibat dipantulkan cahaya. Mineral ini mendapat sedikit perhatian dalam penelitian petrologi standar, terutama menekankan penelitian pada bagian tipis dalam cahaya yang ditransmisikan. Oleh karena itu, FeTi oksida umumnya ditemukan di alam dengan mineral lain. Jadi, untuk memahami paleomagnetisme membutuhkan beberapa pengetahuan tentang sifat kimia kristal dan struktur magnetik FeTi oksida. Hal ini

KLASIFIKASI MINERAL

Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
• Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.
Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi:
• Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
• Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
• Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.
Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit.
• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah dasit.
• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah andesit.
• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
• Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
• Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
• Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut:
• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
• Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Jenis-jenis batuan beku dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Batuan beku dalam,contohnya : Batu granit. 2. Batuan beku gang/ tengah,contohnya : Granit porfir 3. Batuan beku luar,contohnya : Batu andesit

JENIS BATUAN
Litosfer adalah lapas bumi yang paling luar berupa batuan padat. Litosfer tersusun atas dua lapisan yaitu kerak dan selubung yang tebalnya sekitar 50 – 100 km. Litosfer merupakan lempeng yang bergerak sehingga dapat menimbulkan pergeseran benua.
Tebal lapisan kulit bumi tidak sama di semua tempat. Secara umum tebal kerak bumi di bawah benua adalah 20 – 50 km, sedangkan di bawah samudera tebalnya 10 -12 km. Meskipun ketebalannya berbeda-beda, kerak bumi masing-masing tersusun atas lapisan yang sama, yaitu lapisan sial (silsium dan alumunium) serta lapisan sima (silsium dan magnesium). Lapisan sial berada di bagian atas dari kerak bumi, sedangkan lapisan sima berada di bagian bawah kerak bumi.
Lapisan yang berada paling luar kerak bumi bersifat granatis sehingga disebut lapisan granitis. Hal ini karena materi penyusun lapisan yang dominan berupa batuan granit. Lapisan granitis sekitar 10 km. Namun, lapisan granitis tidak terdapat di semua tempat.
Setelah lapisan granitis terdapat lapisan yang bersifat basaltis sehingga sidebut lapisan basaltis. Hal itu karena materi peyusun lapisan yang dominan berupa materi basalt bersifat basa. Lapisan basaltis tebalnya mencapai 50 km.
Batuan Pembentuk Permukaan Bumi
Batuan merupakan benda alam yang menjadi penyusun utama lapisan litosfer. Batuan terdiri atas campuran antar meneral sejenis atau tidak sejenis yang saling terkait secara gembur atau padat. Oleh karena itu, kerak dan selubung atas bumi terdiri dari bermacam-macam batuana yang umur dan asalnya berbeda-beda.
Induk batuan pembentuk litosfer adalah magma, yaitu batuan cair pijar yang bersuhu sangat tinggi yang terdapat di bawwah kerak bumi. Magma menglami beberapa proses perubahan sehingga menjadi batuan. Berdasarkan proses pembentukannya batuan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
1. Batuan beku (igneous rock) adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Secara umum batuan beku mempunyai ciri-ciri homogen dan kompak, tidak ada pelapisan, dan umumnya tidak mengandung fosil.
Batuan beku di bedakan mejadi dua kelompok, yaitu berdasarkan tempat pembekuannya dan merdasarkan mineral penyusunanya.
a. Berdasarkan Tempat Pembentukannya
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedan menjadi tiga, yaitu batuaan beku dalam, batuan beku korok (gang), dan batuaan beku luar.
1) Batuan bekua dalam
Batuan beku dalam adalah batuan beku yang terbentuknya jauh di permukaan bumi, yaitu pada kedalaman 15 – 50 km. Karena tempat pembekuannya dekat dengan astenosfer, pendinginan magmanya sangat lambat sehingga menghasilkan batuan yang besar-besar dengan tekstur holokristalin, yaitu semua komposisi batuan disusun oleh kristak yang sempurna.
Ciri-ciri batuan beku dalam antara lain sebagai berikut.
a) Umumnya berbutir lebih kasar dibadingkan batuan beku luar.
b) Jarang menunjukkan adanya lubang-lubang gas.
2. Batuan Beku Korok (Gang)
Batuan beku korok (gang) adalah batuan beku yang terbentuk di daerah korok atau celah kerak bumi sebelum magma sampai ke permukaan bumi. Proses pembekuan magma ini agak cepat sehingga membentuk batuan yang mempunyai kristal-kristal yang kurang sempurna. Misalnya, magma yang mempunyai susunan granit membeku di dalam sebuah gang akan membentuk sebuah batuan beku yang disebut porfiri granit.
3. Batuan Beku Luar
Batuan beku luar atau disebut juga batuan lelehan adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi. Magma yang ke luar dari bumi mengalami proses pendinginan dan pembekuan sangat cepat sihingga tidak menghasilkan kristal-kristal batuan. Contoh batuan beku luar adalah riolit dan basal.
a) Bedasarkan Mineral Penyusun.
Berdasarkan mineral penyusunya batuan beku dibedakan menjadi dua, yaitu mineral ringan dan mineral berat.
1) Batuan Beku Mineral Ringan
Batuan beku yang tersusun atas mineral-mineral ringan biasanya berwarna terang, mudah pecah, dan banyak mengandung silikat sehingga termasuk batuan yang bersifat asam.
2) Batuan Beku Mineral Berat
Batuan beku yang tersusun atas mineral-mineral berat biasanya berwarna gelap, sukar pecah dan kandungan silikatnya sedikit sehingga termasuk baatuan yang bersifat basa.
2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena adanya proses pengendapan (sedimentasi). Butir-bitir batuan sedimen berasak dari berbagai macam batuan melalui proses pelapukan, baik pelapukan oleh angin maupun air. Butiran-butiran hasil pelapukan atau pengikisan tersebut mengnedap secara berlapis yang makin lama makin tebal dan padat. Padatnya lapisan itu disebabkan adanya tekanan atau beban yang terlalu berat. Tekanan yang terlalu lama membentuk agregat batuan yang padat. Karena pemadatan dan sedimentasi itulah endapan-endapan berangsur-angsur berubah menjadi batuan sedimen.
Proses pembentukannya, batuan sedimen disebut diagenetis. Diagenetis merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan terjadinya perubahan bentuk (trasformasi) dari bahan deposit menjadi batuan endapan. Pengendapan bahan-bahan yang tidak larut dalam pergerakan air tanah menyebabkan terikatnya butiran secara bersama-sama karena ada proses penyemenan (sedimentasi). Jenis-jeis semen antara lain kalsium karbonat dan silikat. Silikat dapat mengikat butiran secara bersama-sama menjadi sebuah partikel yang keras.
Setelah penimbunan, banyak mineral yang mungkin merubah menjadi bentuk yang lebih stabil melalui proses rekristalisasi. Perubahan kimia juga merupakan proses penting dalam mempengaruhi sedimen. Dengan adanya oksigen, bahan organik dapat diubah dengan cepat menjadi karbon dioksida dan air. Jika oksigen tidak cukup, bahan organik tidak selalu membusuk (rusak) dan mungkin secara perlahan diubah menjadi karbon padat dalam bentuk gambut atau batu bara.
Batuan sedimen dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu menurut tenaga yang mengendapkan, tempat pengendapan, dan cara pengendapan.
a). Menurut Tenaga yang Mengendapkannya
Menurut tenaga yang mengendapkan batuan sedimen dibedakan menjadi tiga.
1) Batuan sedimen Akuatis, yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengnedapan butiran-butiran batuan oleh air sungai, danau, atau air hujan.
2) Batuan Sedimen Aerolis (Aeris), yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengendapan butir-butir batuan olrh angin.
3) Batuan Sedimern Glasial, yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengendapan butiran-butiran batuan oleh gletser.
b. Menurut Tempat Pengendapan
Menurut tempat pengendapannya batuan sedimen dibedakan menjadi lima.
1) Batuan Sedimen Terestris, yaitu batuan sedimen yang di endapkan di darat.
2) Batuan Sedimen Marine, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di laut.
3) Batuan Sedimen Limnis, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di danau.
4) Batuan Sedimen Fluvial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di sungai
5) Batuan Sedimen Sedimen, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di daerah-daerah yang terdapat es atau gletser.
c. Menurut Cara Pengendapannya
Menurut cara pengendapannya batuan sedimen dibedakan menjadi tiga.
1) Batuan Sedimen Mekanis, yaitu batuan sedimen yang diendapkan secara mekanis tanpa mengubah susunaan kimianya. Sebuah pengamatan menunjukkan bahwa batuan kerikil ataun pasir merupakan potongan sederahana dari batuan dan mineral.
2) Batuan Sedimen Kimiawi, yaitu batuan sedimen yang diendapkan secara kimiawi. Pada proses pembentukan batuan ini terjadi perubahan susunan kimianya. Contohnya, batau kapur.
3) Batuan Sedimen Organik, yaitu batuan sedimen yang diendapkan melalui kegiatan organik. Contohnya terumbu karang.
3. Batuan Malihan (Metamorf)
Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan, baik secara fisik maupun kimiaei sehingga menjadi bebeda dari batuan induknya. Faktor-faktor yang mempengaaruhi proses perubahana batuan adalah suhu yang tinggi, tekanan yang kuat, dan waktu yang lama.
Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu metamorf kontak (metamorf termal), metamorf dinamo (metamorf kinetik), dan metamorf pnumatolistis kontak
a. Metamorf Kontak (Metamorf Termal)
Batuan metamorf kontak adalah batuan yanag berubah karena pengaruh suhu yag sangat tinggi. Suhu sangat tinggi karena letaknya dekat dengan magma, antara lain di sekitar batuan intrusi. Contohnya, batalit, stock, lakolit, sill, dan dike. Luas zona metamorfosis di sekitar batolit dapat mencapai puluhan kilometer persegi, di skitar stock sampai ribuan meter persegi, namun di sekitar sill dan dike zona metamorfosis ersebut tidak begitu luas.
Pada zona metamorfosis banyak dijumpai mineral-mineral bahan galian yang letaknya relatif teratur menurut jauhnya dari batuan intrusi. Makin jauh dari intrusi makin berkurang derajat metamorfosisnya karena temperatur makin rendah. Mineral-mineral bahan galian yanga terjadi melalui proses metamorfosis antara lain besi, timah, tembaga, dan zink (seng) dihasilkan dari batuan limestone, dan calcareous shale.
b. Metamorf Kontak
Batuan metamorf kontak adalah batuan yang berubah karena pengaruh tekanan yang sangat tinggi, dalam waktu yang sangat lama, dan dihasiklkan dari proses pembentukan kulit bumi oleh tenaga endogen. Adanya tekanan dari arah yang berlawanan menyebabkan butiran-butiran mineral menjadi pipih dan ada yang mengkristal kembali, contohnya, batu lumpur (mudstone) menjadi batu tulis (slate).
Jenis batuan metamorf dinamo banyak dijumpai di daerah-daerah patahan dan lipatan yang tersebar di seluruh dunia.
c. Metamorf Pneumatolistis Kontak
Batuan metamorf pneomatolistis kontak adalah batuan yang berubah karena pengaruh gas-gas dari magma. Contohnya, kuarsa dengan gas borium berubah menjadi turmalin (sejenis permata) dan kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi topas (permata berwarna kuning).
Berdasarkan pengetahuan tentang batuan beku, sedimen, dan metamorf serta proses pembentukannya, ternyata terdapat hubungan antarjenis batuan tersebut. Oleh karena itu, dapat dibuat dengan skema tentangdaur batuan mulai dari magma yang membeku menjadi batuan beku, kemudian mengalami pelapukan dan erosi, mengalami pengendapan, menjadi batuan sedimen, dan selanjutnya mengalami perubahan bentuk menjadi batuan metamorf.
Mekanisme daur batuan di alam dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Magma mengalami proses pendinginan sehingga terjadi kristalisasi membentuk batuan beku (batuan beku dalam, beku gang, dan beku luar).
2) Batuan beku mengalami pelapukan dan erosi, terangkut dalam bentuk larutan atau bukan larutan, kemudian diendapkan sehingga terjadi proses sedimentasi membentuk batuan sedimen. Namun, ada pula yang langsung mengalami perubahan bentuk menjadi batuan metamorf.
3) Batuan sedimen dapat mengalami perubahan menjadi batuan metamorf. Selanjutnya,batuan metamorf yang mendekati astenosfer dapat berubah lagi menjadi magma atau adanya magma baru yang menjadi batuan beku lagi. Demikian seterusnya.


KEBUMIAN II  1JADI

3 komentar:

Pengikut

Mengenai Saya

NIKMATI FASILITAS ON LINE